Kasus Perceraian di Kabupaten Indramayu Masih Tinggi


INDRAMAYU - Kabupaten Indramayu tercatat sebagai kabupaten di Indonesia yang tertinggi dalam jumlah perceraian. Selama 2015 jumlah pernikahan tercatat sebanyak 21 ribu pasangan suami – istri, namun pada tahun yang sama terjadi perceraian pasangan suami-istri sebanyak 10.000 pasangan.

“Jadi sekitar 48, 5 persen pasangan yang sudah menikah itu bercerai kembali. Berarti angkanya jika dibulatkan mencapai 50 persen. Yang terjadi selama Tahun 2015 itu dua pasangan pernikahan dan satu pasangan perceraian. Memang Kabupaten Indramayu ini masih tinggi angka perceraiannya. Peringkatnya di Indonesia masih menjadi juara,” ujar Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Indramayu, Wahidin dihubungi Pos Kota.

Dikatakan, tingginya angka perceraian pasangan suami-istri di Kabupaten Indramayu ini dampaknya ternyata mempengaruhi keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Indramayu. Padahal, DPPKB Kabupaten Indramayu bertekad ingin menekan jumlah Angka Kelahiran Total dari 2,3 pada tahun 2016 menjadi 2,2, pada Tahun 2017.

Selain dipengaruhi tingginya angka perceraian, keberhasilan program KB di Kabupaten Indramayu juga dihambat oleh tingginya angka pernikahan usia dini. Pada tahun 2015, jumlah pasangan suami-istri yang menikah pada usia dini mencapai 411 pasangan dengan umur rata-rata antara 13 sampai 15 tahun.

“Masalah pernikahan usia dini ini bukan masalah sepele. Ini masalah penting sekali. Ternyata di antara mereka yang menikah pada usia dini itu terjadi akibat dampak melihat film-film porno, perkembangan IT, juga perfilman lain yang tidak sesuai norma Bangsa Indonesia termasuk pergaulan bebas,” kata Wahidin.

Wahidin mengemukakan, tingginya pernikahan usia dini itu berdasarkan hasil penelitian selama ini dipengaruhi karena dampak dari adanya tempat-tempat wisata, kos-kosan yang menjamur di mana-mana sehingga banyak remaja yang terjebak dalam kecelakaan seksual.

“Kondisinya sudah seperti itu. Jadi perkembangan IT yang tidak dibarengi dengan kekuatan mental atau iman remaja membuat mereka tidak mampu menghadapinya. Apalagi dengan kesehatan makin prima, gizi makin tinggi, libido pun ikut tinggi pula sehingga dengan sangat terpaksa banyak sekali terjadi penyimpangan-penyimpangan seksual,” ujar Wahidin.


Penulis : Taryani/Sir
Powered by Blogger.