Dua Pendaki Gunung Asal Cirebon Hilang di Semeru
Lumajang - Dua orang pendaki asal Cirebon yakni Supriyadi (26) dan Zirli Gita Ayu Safitri (16) yang hilang di puncak Gunung Semeru dengan ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut, belum ditemukan hingga Minggu.
"Pencarian masih terus dilakukan dan hingga hari ini belum ada tanda-tanda ditemukannya dua pendaki yang nekat naik ke puncak Semeru (Mahameru) itu," kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang Purwanto di Lumajang.
Menurutnya, kronologis kejadian hilangnya dua korban tersebut berawal dari rombongan yang terdiri dari enam orang dengan ketua Rombongan Sukron, Ahmad Khaerudin, Rizatul Rizki, Lindianasari dan dua orang korban hilang (survivor) berangkat dari Ranu Pani di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang pada Selasa (17/5) menuju ke Ranu Kumbolo.
Baca Juga : Merinding... Ini SMS Terakhir Pendaki Asal Cirebon Yang Hilang di Semeru
"Pada Rabu (18/5), rombongan berangkat dari Ranu Kumbolo menuju ke Pos Kalimati, selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan ke Mahameru pada Kamis (19/5)," tuturnya.
Kemudian sampai batas vegetasi, dua orang turun ke Kalimati karena sakit dan empat orang terus melanjutkan perjalanan ke puncak, kemudian pada pukul 08.00 WIB tiba di Watugedhe dan mereka beristirahat.
"Survivor melanjutkan perjalanan ke puncak Semeru, namun kabarnya mereka tidak kuat mendaki ke Mahameru dan memutuskan untuk turun. Ketua rombongan awalnya menunggu di Watugedhe, namun dua orang tersebut juga tidak turun hingga mereka turun ke Kalimati dan melaporkan kepada komunitas sahabat volunter semeru (saver) tentang hilangnya dua kawannya itu," katanya.
Hilangnya dua pendaki asal Cirebon, lanjut dia, dilaporkan secara resmi kepada petugas di Pos TNBTS wilayah Ranu Pani pada Jumat (20/5) dan saat itu juga saver bernama Sukaryo melakukan pencarian ke Mahameru, namun hasilnya nihil dan tidak menemukan dua survivor tersebut.
"Pencarian SAR secara terbuka atau 'Open SAR' dilakukan sejak Sabtu (21/5) dengan melibatkan enam orang anggota Tim Reaksi Cepat BPBD Lumajang, 20 personel TNBTS, enam anggota SAR, enam orang porter, masyarakat sekitar, dan bantuan tujuh personel dari Basarnas Jember," katanya menjelaskan.
Untuk memudahkan proses pencarian dua korban yang hilang, pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menutup jalur pendakian ke gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut sejak Sabtu (21/5) pukul 20.00 WIB dan dinyatakan "Open SAR" untuk pencarian survivor.
Sesuai dengan rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), batas pendakian jalur pendakian Gunung Semeru hanya dibatasi Kalimati seiring dengan statusnya yang masih waspada dan para pendaki sudah menandatangani surat pernyataan di atas meterai untuk melakukan pendakian hingga Kalimati.
Jalur pendakian gunung yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang-Malang, Jawa Timur itu dibuka sejak 1 Mei 2016.
"Pencarian masih terus dilakukan dan hingga hari ini belum ada tanda-tanda ditemukannya dua pendaki yang nekat naik ke puncak Semeru (Mahameru) itu," kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang Purwanto di Lumajang.
Menurutnya, kronologis kejadian hilangnya dua korban tersebut berawal dari rombongan yang terdiri dari enam orang dengan ketua Rombongan Sukron, Ahmad Khaerudin, Rizatul Rizki, Lindianasari dan dua orang korban hilang (survivor) berangkat dari Ranu Pani di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang pada Selasa (17/5) menuju ke Ranu Kumbolo.
Baca Juga : Merinding... Ini SMS Terakhir Pendaki Asal Cirebon Yang Hilang di Semeru
"Pada Rabu (18/5), rombongan berangkat dari Ranu Kumbolo menuju ke Pos Kalimati, selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan ke Mahameru pada Kamis (19/5)," tuturnya.
Kemudian sampai batas vegetasi, dua orang turun ke Kalimati karena sakit dan empat orang terus melanjutkan perjalanan ke puncak, kemudian pada pukul 08.00 WIB tiba di Watugedhe dan mereka beristirahat.
"Survivor melanjutkan perjalanan ke puncak Semeru, namun kabarnya mereka tidak kuat mendaki ke Mahameru dan memutuskan untuk turun. Ketua rombongan awalnya menunggu di Watugedhe, namun dua orang tersebut juga tidak turun hingga mereka turun ke Kalimati dan melaporkan kepada komunitas sahabat volunter semeru (saver) tentang hilangnya dua kawannya itu," katanya.
Hilangnya dua pendaki asal Cirebon, lanjut dia, dilaporkan secara resmi kepada petugas di Pos TNBTS wilayah Ranu Pani pada Jumat (20/5) dan saat itu juga saver bernama Sukaryo melakukan pencarian ke Mahameru, namun hasilnya nihil dan tidak menemukan dua survivor tersebut.
"Pencarian SAR secara terbuka atau 'Open SAR' dilakukan sejak Sabtu (21/5) dengan melibatkan enam orang anggota Tim Reaksi Cepat BPBD Lumajang, 20 personel TNBTS, enam anggota SAR, enam orang porter, masyarakat sekitar, dan bantuan tujuh personel dari Basarnas Jember," katanya menjelaskan.
Untuk memudahkan proses pencarian dua korban yang hilang, pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menutup jalur pendakian ke gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut sejak Sabtu (21/5) pukul 20.00 WIB dan dinyatakan "Open SAR" untuk pencarian survivor.
Sesuai dengan rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), batas pendakian jalur pendakian Gunung Semeru hanya dibatasi Kalimati seiring dengan statusnya yang masih waspada dan para pendaki sudah menandatangani surat pernyataan di atas meterai untuk melakukan pendakian hingga Kalimati.
Jalur pendakian gunung yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang-Malang, Jawa Timur itu dibuka sejak 1 Mei 2016.
Sumber : Fajar/Antara
Post a Comment