Perbaikan Saluran Air di Cikedung Dipertanyakan Warga
Indramayu - Petani mempertanyakan pekerja proyek normalisasi dan peningkatan
Saluran Induk Barat (B, BT.12,3 – B, BT – 15) yang tidak menggunakan
mesin molen saat membuat adukan semen untuk pemasangan batu senderan di
Desa Cikedung Kidul, Kecamatan Cikedung, Indramayu.
Warga sebagai pengguna manfaat proyek itu wajar mengingatkan
kontraktor. “Soalnya, duit yang digunakan untuk membiayai proyek itu
dari uang rakyat,” kata Abdul. G, 50 yang dijumpai Pos Kota di lokasi
proyek.
Petani heran kenapa pekerja proyek membuat adukan secara manual atau
menggunakan tenaga manusia dan tidak menggunakan mesin molen saat
membuat adukan semen, pasir dan air untuk pasangan batu pada senderan
Saluran Induk Barat.
Padahal, paket proyek normalisasi dan peningkatan Saluran Induk Barat
pada Dinas Pemberdayaan Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi (Dinas
PSDA Tamben) Indramayu itu nilainya relatif besar. Mencapai ratusan juta
rupiah dan menggunakan uang rakyat. Sewajarnya, pekerja menggunakan
mesin molen dalam membuat adukan.
Kata dia, penggunaan mesin molen untuk membuat adukan pada proyek itu
penting untuk memastikan ukuran atau komposisi antara semen, pasir dan
air sesuai spesifikasi proyek. “ Dengan menggunakan mesin molen, proses
pencapuran adukan menjadi semakin lebih baik dibandingkan dengan membuat
adukan menggunakan cara manual atau tenaga manusia,” katanya.
Pos Kota yang memantau ke lokasi proyek, Minggu (4/11) tak menemukan
mesin molen maupun papan proyek serta direksi kit di Desa Cikedung
Kidul, Kecamatan Cikedung. Padahal, papan proyek maupun direksi kit itu
sangat penting untuk membantu masyarakat yang ingin mengetahui informasi
bestek pada proyek itu.
Seorang pekerja beralasan tidak menggunakan mesin molen saat membuat
adukan itu karena sulit membawa mesin molen. “Sulit membawa mesin molen
itu ke sini,” katanya. Padahal, proyek itu berada di dekat jalan desa
yang bisa dilalui kendaraan roda empat. (PK) foto : Ilustrasi
Post a Comment