Indramayu Sebagai “Lumbung Padi” Mampu Produksi 1,5 Juta Ton
Indramayu - Produksi padi Kabupaten Indramayu pada 2011 mencapai 1,5 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Jumlah ini mampumelampaui target 1,397 juta ton.
Menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan pada Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu Takmid Sarbini kepada wartawan, sebagai lumbung padi nasional, produksi padi di Kabupaten Indramayu dipacu untuk terus bertambah. “Kita tergetkan produksi padi tahun depan naik setidaknya tujuh persen,” tandas dia.
Pada 2012 mendatang, dengan segala persoalan penggerusan lahan yang ada, salah satu lumbung padi nasional itu menargetkan peningkatan tujuh persen dari pencapaian tahun ini.
Realisasi produksi padi pada 2011 telah mencapai 1.553.850 ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 941.042 ton merupakan produksi padi musim tanam rendeng 2010/2011. Sedangkan sisanya 612.808 ton, berasal dari panen musim tanam gadu 2011 dan sampai saat ini masih ada sejumlah daerah yang belum panen sehingga dari jumlah tersebut masih bisa bertambah.
Takmid mengungkapkan pencapaian produksi tersebut lebih besar dari target yang semula ditetapkan Pemkab Indramayu. Saat awal musim tanam 2011, target produksi padi hanya 1,397 juta ton. Pemkab Indramayu optimistis target produksi 2012 mendatang bisa tercapai. Beberapa upaya telah disosialisasikan kepada petani. Penggunaan varietas unggul dan bersertifikat adalah salah satu contohnya. Dengan demikian, produksi padi yang dihasilkan bisa lebih banyak dan tahan terhadap serangan hama.
Selain itu, Dinas Pertanian dan Peternakan juga menganjurkan petani untuk menggunakan pupuk berimbang dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Upaya lainya adalah perbaikan penanganan pascapanen untuk mengurangi hilangnya produksi padi.
“Selama ini para petani merontokkan padi dari batangnya ketika panen. Padahal, cara tersebut menyebabkan banyak bulir padi yang hilang karena masih tertinggal di batangnya. Bahkan, hilangnya bulir padi bisa mencapai empat sampai enam kuintal per hektare,” tandas dia
Selain mengurangi produksi padi, lanjut Takmid, penggunaan banting bertirai juga menyebabkan petani harus menanggung kerugian. “Karena itu, kami menganjurkan penggunaan mesin perontok padi saat panen. Dengan cara tersebut, maka hilangnya bulir padi akibat penggunaan banting bertirai bisa dikurangi,” ujarnya.
Dia mengatakan, sebenarnya pemkab menargetkan peningkatan produksi padi mencapai 10 persen pada tahun 2012 mendatang. Namun demikian ia menilai akan banyak hambatan, salah satunya karena banyaknya lahan produktif yang tergerus oleh projek nasional.
Berkurangnya lahan produktif akibat pembangunan megaprojek itu dipastikan memberi dampak pada produksi beras. Oleh karena itu, dia berharap pembangunan bisa disiasati agar tidak selalu mengurangi areal sawah produktif. Apalagi, produksi padi di Kabupaten Indramayu selama ini berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan beras nasional.
”Tapi sejauh ini kami tidak cemas karena meskipun lahan berkurang, kami meningkatkan indeks penanaman. Jadi petani bisa panen empat kali dengan produksi mencapai 7-8 ton perhektare,” ungkap Takmid. (sumber)
Menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan pada Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu Takmid Sarbini kepada wartawan, sebagai lumbung padi nasional, produksi padi di Kabupaten Indramayu dipacu untuk terus bertambah. “Kita tergetkan produksi padi tahun depan naik setidaknya tujuh persen,” tandas dia.
Pada 2012 mendatang, dengan segala persoalan penggerusan lahan yang ada, salah satu lumbung padi nasional itu menargetkan peningkatan tujuh persen dari pencapaian tahun ini.
Realisasi produksi padi pada 2011 telah mencapai 1.553.850 ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 941.042 ton merupakan produksi padi musim tanam rendeng 2010/2011. Sedangkan sisanya 612.808 ton, berasal dari panen musim tanam gadu 2011 dan sampai saat ini masih ada sejumlah daerah yang belum panen sehingga dari jumlah tersebut masih bisa bertambah.
Takmid mengungkapkan pencapaian produksi tersebut lebih besar dari target yang semula ditetapkan Pemkab Indramayu. Saat awal musim tanam 2011, target produksi padi hanya 1,397 juta ton. Pemkab Indramayu optimistis target produksi 2012 mendatang bisa tercapai. Beberapa upaya telah disosialisasikan kepada petani. Penggunaan varietas unggul dan bersertifikat adalah salah satu contohnya. Dengan demikian, produksi padi yang dihasilkan bisa lebih banyak dan tahan terhadap serangan hama.
Selain itu, Dinas Pertanian dan Peternakan juga menganjurkan petani untuk menggunakan pupuk berimbang dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Upaya lainya adalah perbaikan penanganan pascapanen untuk mengurangi hilangnya produksi padi.
“Selama ini para petani merontokkan padi dari batangnya ketika panen. Padahal, cara tersebut menyebabkan banyak bulir padi yang hilang karena masih tertinggal di batangnya. Bahkan, hilangnya bulir padi bisa mencapai empat sampai enam kuintal per hektare,” tandas dia
Selain mengurangi produksi padi, lanjut Takmid, penggunaan banting bertirai juga menyebabkan petani harus menanggung kerugian. “Karena itu, kami menganjurkan penggunaan mesin perontok padi saat panen. Dengan cara tersebut, maka hilangnya bulir padi akibat penggunaan banting bertirai bisa dikurangi,” ujarnya.
Dia mengatakan, sebenarnya pemkab menargetkan peningkatan produksi padi mencapai 10 persen pada tahun 2012 mendatang. Namun demikian ia menilai akan banyak hambatan, salah satunya karena banyaknya lahan produktif yang tergerus oleh projek nasional.
Berkurangnya lahan produktif akibat pembangunan megaprojek itu dipastikan memberi dampak pada produksi beras. Oleh karena itu, dia berharap pembangunan bisa disiasati agar tidak selalu mengurangi areal sawah produktif. Apalagi, produksi padi di Kabupaten Indramayu selama ini berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan beras nasional.
”Tapi sejauh ini kami tidak cemas karena meskipun lahan berkurang, kami meningkatkan indeks penanaman. Jadi petani bisa panen empat kali dengan produksi mencapai 7-8 ton perhektare,” ungkap Takmid. (sumber)
Post a Comment