2 WNI Asal Indramayu di Tunisia Akan Dipulangkan



Indramayu - Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tunisia berhasil menyelamatkan dua warga negara Indonesia yang terjebak di dalam istana kepresidenan Tunisia. Duta Besar RI di Tunisia, Muhammad Ibnu Said, saat dihubungi Tempo kemarin mengatakan kedua WNI tersebut saat ini berada di wisma duta.

"Mereka diantar kemarin siang (18 Januari lalu) waktu setempat oleh pasukan keamanan Tunisia setelah berkoordinasi dengan KBRI," kata Ibnu Said.

Kedua WNI yang berasal dari Indramayu, Jawa Barat, itu berada di istana kepresidenan Tunisia sebagai tenaga kerja untuk anak-anak Presiden Zine al-Abedine Ben Ali, yang saat ini kabur ke luar negeri. Mereka bekerja sejak tiga tahun lalu. "Inisialnya S dan J, keduanya perempuan kelahiran 1977. Soal bagaimana mereka bisa di istana masih didalami," Ibnu melanjutkan.

Kendati sehat, kedua tenaga kerja wanita tersebut mengalami trauma dan ketakutan. Karena itu, seusai pemeriksaan, keduanya akan dipulangkan ke Tanah Air. "Kami sedang mencari alternatif penerbangan yang cepat ke Tanah Air," ujar Ibnu.

KBRI juga berhasil menyelamatkan 79 WNI lainnya. Menurut Ibnu, total 120 WNI yang ada di Tunisia. Dari jumlah itu, 44 orang di antaranya staf KBRI. "Tujuh puluh sembilan itu ditampung di wisma duta, kantor KBRI, dan rumah staf." Bersama kedua TKW tersebut, 30 orang di antaranya akan dipulangkan.

Kendati tak lagi mencekam, situasi di Tunisia kemarin masih tegang. Sekitar 500 orang menggelar protes di ibu kota Tunisia, Tunis, menuntut dipecatnya menteri-menteri sekutu bekas presiden, yang saat ini masih menjabat. Berjalan di Bourguiba Avenue dan dijaga oleh kendaraan putih-biru polisi, demonstran menyanyikan lagu-lagu nasional sambil mengacungkan tanda "RCD Out!", menunjuk ke bekas partai berkuasa.

"Ini akan berlangsung setiap hari sampai pemerintahan bersih dari partai berkuasa," kata Faydi Borni, seorang guru. Empat lawan politik presiden yang berhenti dari pemerintahan sehari setelah mereka diangkat mengatakan demonstrasi dipicu oleh kekecewaan karena banyaknya pejabat lama, termasuk Perdana Menteri Mohamed Ghannouchi, yang masih berkuasa.

Demo berlangsung saat kabinet persatuan nasional mencoba bertahan. Kendati di bawah tekanan, pemimpin oposisi yang menyatakan tak ada tempat di pemerintahan untuk sekutu bekas presiden, kabinet Ben Ali, kemarin menggelar pertemuan pertama, yang dipimpin perdana menteri. (sumber)
Powered by Blogger.