Kepsek Gelapkan Anggaran Sekolah, Guru dan Siswa Demo



Indramayu - Ratusan pelajar dan guru SMK Nahdlatul Ulama (NU) Gabuswetan, Kab. Indramayu berunjuk rasa, Rabu (14/10). Aksi ini dilakukan menyusul protes terhadap kepala sekolah (kepsek) yang diduga menggelapkan anggaran.

Bahkan mereka pun menuding kepsek telah bertindak sewenang-wenang dengan memecat sejumlah guru tanpa proses yang benar. Dengan membentangkan spanduk dan poster, para pengunjuk rasa yang terdiri atas ratusan siswa dan guru itu berorasi, menuntut agar Kepsek SMK NU mundur dari jabatannya.

Menurut Riyanto, siswa kelas 2, tuntutan para siswa antara lain segera direalisasikannya anggaran beasiswa untuk siswa tidak mampu, yang sampai tahun kedua berdirinya sekolah ini tidak pernah diberikan. Tuntutan lainnya, penambahan fasilitas komputer dan fasilitas lain guna menunjang kegiatan belajar mengajar (KBM).

"Kami dengar anggaran untuk bantuan komputer dari pemerintah sudah diterima sebesar Rp 150 juta, tapi mana buktinya? Hanya ada 10 unit, itu pun yang aktif hanya enam karena daya listriknya tidak mendukung," ungkapnya.

Hapus biaya UTS

Hal senada dikatakan Ani Nurliawati, seorang siswi. Para siswa, katanya, menuntut penghapusan biaya ujian tengah semester (UTS) yang selama ini dikenakan pada mereka. Soal denda dua kali lipat atas keterlambatan pembayaran SPP bulanan sebesar Rp 60 ribu dari Rp 30 ribu yang semestinya, lanjut Ani, menjadi tuntutan berikutnya.

Ani menambahkan, aksi mogok belajar juga dipicu oleh seringnya pergantian guru, sehingga memengaruhi metode dan konsentrasi belajar para siswa. "Jika semua tuntutan tidak dikabulkan, kami akan terus mogok belajar atau kepala sekolah harus mundur dari jabatannya," tegasnya.

Kondisi yang dialami SMK NU Gabuswetan dibenarkan oleh dua orang guru, yakni Nurpandi dan Didi Casmadi. Nurpandi meminta agar kepsek transparan dalam pengelolaan keuangan, yang semestinya tertuang dalam anggaran pendapatan dan belanja sekolah.

Ia juga mendesak agar pihak sekolah tidak mencampuradukkan kegiatan internal lewat campur tangan yayasan. "Sekolah harusnya independen. Keterlibatan yayasan hanya menyangkut pengelolaan umum tanpa harus mencampuri operasional KBM dll. di internal sekolah," ujarnya.

Dihubungi via telepon, Kepsek SMK NU Gabuswetan, Muhammad, membantah semua tudingan tersebut. Ia juga membantah terjadi aksi mogok belajar di sekolah yang dipimpinnya. "Ini hanya rekayasa dan kerjaan orang-orang yang tidak senang terhadap dunia pendidikan. Proses KBM tetap berjalan seperti biasa," tukasnya. (GM) Foto (Ilustrasi)
Powered by Blogger.