11 ABK Nelayan Indramayu Hilang


Indramayu - Kapal Motor (KM) Abadi milik nelayan Indramayu dikabarkan diterjang badai besar dan gelombang tinggi di sekitar Pulau Bawean, Jawa Timur, Senin (12/10) dini hari. Akibat insiden itu, kapal yang ditumpangi sebelas anak buah kapal (ABK) itu tenggelam, dan hingga kini masih dalam pencarian.

Kepastian terjadinya insiden yang menimpa nelayan asal Indramayu itu, dikemukakan Ketua Serikat Nelayan Tradisional (SNT) Indramayu, Kajidin.

Menurut dia, informasi adanya kecelakaan itu diterimanya dari salah seorang nakhoda yang ada di SNT dan menerima kontak langsung dari salah seorang ABK KM Abadi yang selamat.

Kajidin menuturkan, peristiwa itu bermula ketika KM Abadi yang dinakhodai Kardun (42) hendak melakukan penangkapan ikan di sekitar Pulau Bawean, tepatnya di posisi Lintang 602 dan Bujur 113,52 atau di sebelah tenggara Kota Surabaya (Jawa Timur) sekitar pukul 1.30 dini hari.

Namun, saat jaring baru ditebarkan, gelombang setinggi sekitar 4 meter muncul secara tiba-tiba disertai badai dan angin kencang. Gelombang raksasa dengan kekuatan besar itu langsung membalikkan kapal berukuran 29 gross ton (GT). Akibatnya, para ABK langsung meloncat dan berusaha menyelamatkan diri agar tidak ikut tenggelam bersama kapal yang karam.

"Untung saat itu, ada ABK yang sempat menyelamatkan pesawat komunikasi beserta tenaga pembangkitnya hingga insiden itu bisa langsung dikabarkan kepada perahu-perahu nelayan yang tengah berada di lokasi yang berdekatan dengan tempat kejadian. Di samping mengabarkannya kepada kita di SNT Indramayu," kata Kajidin.

Menurut laporan yang diterima, upaya pertolongan telah dilakukan oleh sejumlah kapal nelayan lain yang berdatangan ke lokasi kejadian. Namun, sejauh ini belum diketahui secara pasti ada tidaknya ABK yang menjadi korban dalam insiden tersebut termasuk juga bisa tidaknya KM Abadi diselamatkan untuk dipulangkan ke Indramayu.

Selain KM Abadi yang mengalami kecelakaan di sekitar Pulau Bawean, dua kapal nelayan Indramayu lain juga dikabarkan mengalami peristiwa serupa yakni KM Hikmah dan KM Andora. "Untuk kecelakaan yang menimpa KM Hikmah dan Andora, kami belum mengetahui informasinya secara detail karena belum ada laporan secara terperinci," ucap Kajidin.

Terkait insiden tersebut, Kajidin mempertanyakan kinerja aparat pemerintah, khususnya yang bertugas memberikan informasi tentang cuaca. Sebab, kendati kecelakaan sering terjadi menimpa perahu nelayan akibat cuaca buruk, para nelayan tidak pernah menerima informasi pasti prakiraan tentang kemungkinan adanya gelombang tinggi maupun badai.

"Semestinya, kalau ada informasi melalui pesawat-pesawat komunikasi yang diteruskan ke kapal-kapal nelayan tentang adanya wilayah yang berpeluang terjadi badai dan gelombang tinggi, risiko kecelakaan di lautan dapat diperkecil," ungkap Kajidin.

Sementara itu, upaya pertolongan dari aparat baik dari Polairud maupun instansi yang menangani pelayaran di lautan, juga tidak pernah diberikan saat nelayan mengalami kecelakaan. Sebab, yang sering terjadi, pertolongan selalu hanya dilakukan oleh kapal-kapal nelayan lain yang berada di dekat lokasi kejadian saat insiden kecelakaan terjadi.

Aparat pemerintah, kata Kajidin, kesannya hanya mengejar-ngejar kelengkapan surat-surat dan kewajiban-kewajiban lain yang harus dipenuhi para nelayan dan pemilik kapal, sedangkan perlindungannya saat berada di lautan diabaikan.

Oleh karena itu, SNT Indramayu berharap pemerintah meningkatkan pelayanannya terhadap para nelayan khususnya dalam hal perlindungan saat terjadi kecelakaan maupun memberikan layanan informasi yang memadai tentang daerah-daerah yang berpeluang terjadi badai dan gelombang tinggi.

Powered by Blogger.