Indramayu mulai krisis air
Indramayu - Akibat kesulitan air pada musim kemarau ini, warga di sejumlah daerah di Kab. Indramayu membuat sumur dadakan untuk mendapatkan air bersih. Hal itu terlihat di Desa Lamarantarung dan Desa Cangkring, Kec. Cantigi.
Berdasarkan pemantauan, warga membuat sumur dadakan di sepanjang bantaran Sungai Cimanuk. Bahkan ada juga warga yang membuat sumur di bekas saluran irigasi yang telah kering. Sebagian besar sumur dadakan itu memiliki kedalaman 6-7 meter.
Jika beruntung, warga bisa mendapatkan air yang jernih dan tawar dari sumur yang mereka gali. Namun, ada juga yang kecewa karena air yang keluar dari sumur dadakan itu ternyata asin.
"Sumur yang airnya jernih dan tawar akan menjadi rebutan warga. Setiap pagi sekitar pukul 06.00 WIB dan sore sekitar pukul 17.00 WIB, puluhan warga antre air di sumur-sumur tersebut. Jika telat, air di sumur akan habis," ujar Sanadi (46), warga Blok Waledan, Desa Lamarantarung, Senin (10/8).
Sanadi mengatakan, air dari sumur dadakan itu akan digunakan untuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus (MCK), serta memberi minum kambing. Sedangkan air untuk minum keluarganya diperoleh dengan membeli dari pedagang air keliling.
"Harga air bersih yang dijual pedagang keliling mencapai Rp 1.500-Rp 2.000 per jeriken ukuran 20 liter. Meski mahal, kami tetap membelinya karena butuh," tuturnya. (GM)
Berdasarkan pemantauan, warga membuat sumur dadakan di sepanjang bantaran Sungai Cimanuk. Bahkan ada juga warga yang membuat sumur di bekas saluran irigasi yang telah kering. Sebagian besar sumur dadakan itu memiliki kedalaman 6-7 meter.
Jika beruntung, warga bisa mendapatkan air yang jernih dan tawar dari sumur yang mereka gali. Namun, ada juga yang kecewa karena air yang keluar dari sumur dadakan itu ternyata asin.
"Sumur yang airnya jernih dan tawar akan menjadi rebutan warga. Setiap pagi sekitar pukul 06.00 WIB dan sore sekitar pukul 17.00 WIB, puluhan warga antre air di sumur-sumur tersebut. Jika telat, air di sumur akan habis," ujar Sanadi (46), warga Blok Waledan, Desa Lamarantarung, Senin (10/8).
Sanadi mengatakan, air dari sumur dadakan itu akan digunakan untuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus (MCK), serta memberi minum kambing. Sedangkan air untuk minum keluarganya diperoleh dengan membeli dari pedagang air keliling.
"Harga air bersih yang dijual pedagang keliling mencapai Rp 1.500-Rp 2.000 per jeriken ukuran 20 liter. Meski mahal, kami tetap membelinya karena butuh," tuturnya. (GM)
Post a Comment