RSUD Indramayu Tangani Ratusan Penderita HIV/AIDS
Indramayu - RSUD Indramayu menangani ratusan pasien penderita HIV/AIDS.
Diharapkan, masyarakat tidak memberi stigma negatif kepada para
penderita.
Pelaksana Medis Klinik Mawar RSUD Indramayu, Widiana, menjelaskan,
RSUD Indramayu mulai menangani para penderita HIV/AIDS secara intensif
sejak 2010. Bahkan, pada 2011, di rumah sakit tersebut didirikan Klinik
Mawar, yang menjadi pusat pelayanan terpadu (TPT) bagi penderita
HIV/AIDS.
''Sejak 2010 sampai sekarang, kami telah menangani 440 kasus
HIV/AIDS,'' ujar Widiana, saat ditemui di RSUD Indramayu, akhir pekan
kemarin.
Menurut Widiana, dari jumlah 440 kasus tersebut, hanya tersisa 58
penderita yang masih menjalani pengobatan antiretroviral (ARV) secara
rutin. Sedangkan sisanya, ada yang sudah meninggal dunia maupun putus
komunikasi (lost contact).
''ARV ini diminum seumur hidup. Karena itu penderita harus didampingi
oleh keluarganya sebagai pengawas minum obat (PMO),'' tutur Widiana.
Widiana menjelaskan, para penderita HIV/AIDS yang diberikan
pengobatan ARV menunjukkan kondisi penyakitnya sudah berada pada stadium
tiga atau CD4 kurang dari 350. Namun, adapula penderita HIV dengan
kondisi khusus yang langsung diberikan ARV meski belum stadium tiga.
Widiana menyebutkan, penderita HIV dengan kondisi khusus itu yakni
ibu hamil, pasien hepatitis B, pasien TB paru, maupun kelompok risiko
tinggi. Adapun kelompok risiko tinggi itu yakni laki-laki suka laki-laki
(LSL) dan wanita penjaja seks (WPS).
''Untuk penderita HIV/AIDS stadium satu dan dua belum diberikan ARV. Kelompok inilah yang banyak ,'' terang Widiana.
Dirut RSUD Indramayu, Deden Bonie Koswara menyatakan, kasus HIV/AIDS
merupakan fenomena gunung es di tengah masyarakat. Hal itu menyusul
banyaknya penderita yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita
HIV/AIDS.
''Untuk mencegah HIV/AIDS, masyarakat juga harus menghindari faktor risiko penyebab HIV/AIDS,'' tegas Deden.
Deden pun berharap, masyarakat tidak mengucilkan para
penderita HIV/AIDS. Mereka pun tidak perlu takut untuk bergaul dengan
penderita HIV/AIDS.
''Selama ini, penderita HIV/AIDS cenderung dikucilkan hingga akhirnya
berdampak psikologis yang besar bagi penderita,'' tandas Deden.
Penulis: Hazliansyah
Sumber:REPUBLIKA.CO.ID
Post a Comment