Sejumlah Areal Sawah di Indramayu Berpotensi Alami Kekeringan

Indramayu - Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, Takmid Sarbini menilai, ada sejumlah areal sawah di Kabupaten Indramayu yang berpotensi mengalami kekeringan bila terjadi fenomena el nino seperti yang diprediksikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Jatiwangi.

"Pada dasarnya saat ini masih terjadi curah hujan di beberapa daerah di Kabupaten Indramayu. Namun demikian, misalnya fenomena el nino seperti yang diprediksikan BMKG terjadi pada pertengahan tahun ini, ada potensi sawah yang terancam kekeringan," ujarnya, Senin (7/4/2014).

Dia mengatakan, sejumlah areal dinilai rentan terancam kekeringan bila ditanami padi pada musim tanam gadu (kering), terlebih bila musim tanam itu juga disertai adanya fenomena elnino. 

Namun dia mengaku tidak ingin memprediksi lebih spesifik soal potensi kekeringan tersebut. Pasalnya, pada saat ini hujan masih turun, meski curahnya tidaklah besar.

Saat ini saja, menurutnya, terdapat areal sawah sebesar 14 ribu yang pada awal tahun ini terkena rendaman banjir, sehingga masih harus melakukan penanaman ulang. 

Dia menyebutkan, areal sawah itu tersebar di beberapa kecamatan, seperti Kecamatan Kandang Haur, Losarang, Arahan, Cantigi, Krangkeng, Karang Ampel, Juntinyuat, dan Balongan.

Takmid menambahkan, seluas 105 ribu hektare merupakan lahan yang nantinya akan diproyeksikan untuk ditanami padi musim tanam gadu yang beriringan dengan prediksi fenomena el nino. Sementara sekitar 14 ribu hektare diproyeksikan terdapat potensi terancam kekeringan bila el nino terjadi.

Takmid mengatakan, bagi lahan yang sekiranya terancam kekeringan pada musim tanam gadu nanti, sebaiknya beralih kepada tanaman palawija. Menurutnya, tanaman tersebut dikenal tidak membutuhkan banyak air. Beberapa jenis tanaman palawija yang bisa ditanam itu di antaranya, seperti kedelai, kembang kol, atau timun suri.

Sementara untuk lahan yang termasuk jaminan air irigasi pada musim gadu, Takmid mengimbau untuk dilakukan percepatan musim tanam. Hal itu juga dimaksudkan untuk mengantisipasi ancaman kekeringan. "Para petani hendaknya menerapkan sistem culik," tuturnya.

Melalui sistem tersebut, menurut dia, petani harus sudah memulai persemaian ketika lahan memasuki masa panen. Hal itu dimaksudkan untuk mengejar hujan yang saat ini terkadang masih turun.

Sementara itu, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kecamatan Kandang Haur, Waryono, mengaku belum mendapatkan informasi mengenai prediksi terjadinya el nino. 

Namun, jika memang el nino terjadi pada musim tanam gadu mendatang, para petani yang rentan terancam kekeringan akan dicoba untuk beralih kepada tanaman palawija.

"Selama ini tanaman palawija lumayan tidak banyak merepotkan bila pasokan air menurun, karena datangnya kemarau," ujar dia.

Kepala BMKG Stasiun Jatiwangi, Pujiono sempat memprediksikan, musim kemarau tahun ini dibayangi fenomena el nino. Fenomena yang timbul karena memanasnya suhu di Samudera Pasifik itu diprediksikan terjadi sekitar Juli 2014.

Menurut dia, fenomena el nino menyebabkan musim kemarau akan semakin kering akibat minimnya curah hujan. Namun demikian, dia mengatakan, fenomena el nino yang diprediksi terjadi sekitar Juli itu pada dasarnya termasuk el nino lemah.

Pujiono menjelaskan, saat musim kemarau, hujan masih bisa terjadi, dengan ambang batas normalnya berada di kisaran 50-100 mililiter per bulan. Namun demikian, ketika terjadi fenomena el nino yang lemah, curah hujan di musim kemarau bisa kurang dari 50 mililiter per bulan. (PRLM)
Powered by Blogger.