Petani Garam Indramayu menolak Garam Impor
Indramayu - Petani garam di wilayah pantura menolak masuknya garam impor dari Australia.Masuknya garam impor itu diprediksi akan memengaruhi harga garam lokal di wilayah tersebut.
Ketua Asosiasi Petani Garam Indramayu Juendi mengatakan, garam impor dari Australia yang masuk ke wilayah III Cirebon sebanyak 24.000 ton. Jumlah tersebut kemungkinan akan menyebar ke sejumlah pasar tradisional di wilayah III Cirebon.“Jika garam impor ini masuk ke pasaran dipastikan harga garam lokal anjlok,”kata dia. Dia menyebutkan, saat ini harga garam lokal sekitar Rp700 hingga Rp750 per kilogram.
Harga garam saat ini lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp500 per kilogram. Namun, jika garam impor masuk ke pasaran diprediksi akan membuat harga garam lokal turun di bawah harga HPP. “Padahal saat ini petani garam akan memasuki masa panen raya. Kami kecewa karena saat garam melimpah, pemerintah melakukan impor garam,” tegas dia. Juendi berharap, pemerintah dapat memproteksi petani garam lokal agar produksinya dapat dijual di pasaran dengan harga yang sesuai dengan pemerintah.
“ Petani tetap menolak garam impor karena produksi garam lokal cukup memenuhi pasar lokal,”ungkapnya. Sementara itu,Ketua Wahana Tani Nelayan Indonesia (WAMTI) Kabupaten Indramayu Wawan Sugiarto menyayangkan masuknya garam impor ke wilayah III Cirebon barubaruini.“ Petanigaramyangmemiliki modal terbatas terancam merugi, karena produksinya harga menurun,”ungkapnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Indramayu Warjo mengatakan,Kabupaten Indramayu merupakan salah satu daerah produsen garam.Sebanyak 4.803 petani garam di Indramayu mampu memproduksi 104.000 tongaram.“Jumlahpetanigaram terus menyusut karena harga garam yang merosot dan petani banyak merugi,”ujar dia. (sumber)
Ketua Asosiasi Petani Garam Indramayu Juendi mengatakan, garam impor dari Australia yang masuk ke wilayah III Cirebon sebanyak 24.000 ton. Jumlah tersebut kemungkinan akan menyebar ke sejumlah pasar tradisional di wilayah III Cirebon.“Jika garam impor ini masuk ke pasaran dipastikan harga garam lokal anjlok,”kata dia. Dia menyebutkan, saat ini harga garam lokal sekitar Rp700 hingga Rp750 per kilogram.
Harga garam saat ini lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp500 per kilogram. Namun, jika garam impor masuk ke pasaran diprediksi akan membuat harga garam lokal turun di bawah harga HPP. “Padahal saat ini petani garam akan memasuki masa panen raya. Kami kecewa karena saat garam melimpah, pemerintah melakukan impor garam,” tegas dia. Juendi berharap, pemerintah dapat memproteksi petani garam lokal agar produksinya dapat dijual di pasaran dengan harga yang sesuai dengan pemerintah.
“ Petani tetap menolak garam impor karena produksi garam lokal cukup memenuhi pasar lokal,”ungkapnya. Sementara itu,Ketua Wahana Tani Nelayan Indonesia (WAMTI) Kabupaten Indramayu Wawan Sugiarto menyayangkan masuknya garam impor ke wilayah III Cirebon barubaruini.“ Petanigaramyangmemiliki modal terbatas terancam merugi, karena produksinya harga menurun,”ungkapnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Indramayu Warjo mengatakan,Kabupaten Indramayu merupakan salah satu daerah produsen garam.Sebanyak 4.803 petani garam di Indramayu mampu memproduksi 104.000 tongaram.“Jumlahpetanigaram terus menyusut karena harga garam yang merosot dan petani banyak merugi,”ujar dia. (sumber)
Post a Comment