Panji Gumilang Akui Ada Struktur Kabinet Mulai Presiden Sampai Menteri



Indramayu - Pimpinan Pondok Pesantren (ponpes) Al Zaytun Sych Panji Gumilang mengakui ada struktur kabinet di ponpesnya yang dipegang para santrinya dari mulai jabatan presiden sampai menteri.

“Namun struktur jabatan itu bagian dari pendidikan dini untuk memperkenalkan kepada siswa-siswinya terhadap struktur yang ada di pemerintahan kita,” kata Panji saat menerima kunjungan Menteri Agama Suryadharma ke Ponpes Al Zaytun, Indramayu, Jawa Barat, Rabu siang. Turut mendampingi dalam kunjungan itu, Dirjen Bimas Islam Nasaruddin Umar dan Dirjen Pendidikan Islam M Ali.

Ia menjelaskan sebetulnya sama saja bahwa presiden itu sama dengan ketua, rois bahasa arabnya, petinggi bahasa jawanya. Sedangkan menteri yang berasal dari Bahasa Urdu dan hampir sampai sama dengan Bahasa Parsi yang artinya pembantu. “Jadi melalui jabatan itu kami perkenalkan kepada siswa-siswi untuk menjadi pengetahuan mereka,” papar Panji.

Menag Suryadharma Ali mengatakan pihaknya tidak merasa khawatir dengan adanya struktur jabatan yang ada di Al Zaytun. Karena itu, di partai politik saja ada jabatan tersebut sebagai pseudo kabinet (kabinet bayangan) untuk pemerintah yang akan dibentuk.

Kunjungan Suryadharma ke Ponpes Al Zaytun bagian dari rangkaian untuk mengakhiri polemik terhadap Al Zaytun yang selama ini dituduh kegiatan Negara Islam Indonesia Komendemen Wilayah (NII KW). Ponpes Al Zaytun yang memiliki luas 12 hektar dan dengan jumlah 6.000 siswa. Selain ponpes juga memiliki madrasah dari tingkat ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah.

TIDAK ADA KAITAN DENGAN NII

Suryadharma menilai sangat sulit untuk mengkaitkan bahwa lembaga pendidikan Al Zaytun memiliki paham Islam radikal. Zaytun dinilai sangat toleran, terbuka terhadap orang lain. Padahal, paham radikal Islam itu umumnya bercirikan tidak suka modern, tertutup, sangat tradisional, sempit wawasan, dan tidak toleran dengan pendangan lain.

“Saya dapat kabar, bahwa NII itu mengkafirkan yang lain. Tadi saya sudah buktikan salat bareng (dengan Panji Gumilang, red). Bahkan saya ditawari jadi imam, tapi tata krama sopan santun tamu, yang jadi imam itu tuan rumah,” kata Suryadharma.

Menurut Suryadharma, Kementerian agama sudah melakukan penelitian terhadap Al Zaytun. Kesimpulannya, program dan lembaga Al Zaytun itu tidak ada kaitannya dengan NII.

Ia juga menilai Al Zaytun merupakan pendidikan ponpes terlengkap dan sangat modern karena itu kita harus menjaganya. “Ponpes Al Zaytun merupakan kebanggaan kita semua karena siswanya bukan hanya dari berbagai daerah di Indonesia tapi ada juga dari sejumlah negara yang belajar di sini,” tutur Suryadharma yang juga ketua umum Partai Persatuan Pembangunan. (sumber)
Powered by Blogger.