Produksi Ikan di TPI Glayem Mulai Stabil



Indramayu - Produksi ikan hasil tangkapan nelayan tradisional di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Glayem, Kecamatan Juntiyuat, Indramayu, mulai stabil.

Dedy Aryanto, Manajer TPI Glayem di Indramayu, Kamis, mengatakan turunnya produksi ikan di TPI Glayem karena sejumlah nelayan lokal berhenti melaut, mereka sudah terbiasa merayakan Lebaran bersama keluarganya.

"Satu pekan menjelang dan sepekan setelah Lebaran Idul Fitri nelayan sudah berhenti melaut, sehingga produksi ikan sempat terhenti, namun kini mereka kembali mendaratkan ikannya," katanya.

Dia menjelaskan, hasil tangkapan nelayan Glayem dapat membantu memenuhi kebutuhan ikan di Indramayu juga di Jawa Barat, dalam satu hari produksi ikan di TPI Glayem kurang dari dua ton dengan jenis ikan kecil dan cumi-cumi ditambah blakutak.

Dia menambahkan, pendaratan ikan di TPI Glayem terus meingkat setiap tahunnnya, pada tahun 2009 naik kurang dari 30 persen, hasil tangkapan ikan pada bulan Agustus lalu cukup maksimal kurang dari 40 ton, sehingga dapat memasok kebutuhan ikan pada Lebaran Idul Fitri.

"Hasil tangkapan nelayan lokal di TPI Glayem meningkat dari mulai bulan Februari hingga bulan Agustus, karena pada bulan tersebut ikan diperairan utara jawa cukup melimpah, terutama cumi-cumi dan ikan kecil lainnya," katanya.

"Penghasilan nelayan bisa sejahtera jika hasil tangkapan mereka maksimal juga harga ikan meningkat, saat ini di Tempat Pelelangan Ikan Glayem produksi mereka terus meningkat," katanya.

Sementara itu Marno salah seorang nelayan setempat mengaku, penghasilan nelayan cukup membaik jika hasil tangkapan maksimal ditambah harga jual tinggi, semua biaya melaut dapat tertutupi dan mendapatkan keuntungan maksimal.

Dia menjelaskan, saat ini hambatan nelayan lokal hanya cuaca sulit diperkirakan, ketika cuaca di dermaga cerah tiba-tiba setelah di tengah laut terjadi ombak besar dengan kecepatan angin cukup kencang, sangat membahayakan nelayan.

"Cuaca tak menentu sudah berlangsung cukup lama, biasanya di laut utara Jawa hanya terjadi dua musim yaitu angin barat dan angin timur, sehingga mereka dapat memprediksi kondisi di laut, namun sekarang sulit diperkirakan, sering tiba-tiba angin datang dan ombak besar menghantam nelayan," katanya. (Ant)
Powered by Blogger.