1.346 Ruang Kelas SDN di Indramayu Rusak Berat
Indramayu - Kondisi ruang kelas di sejumlah Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kabupaten Indramayu kini kondisinya sangat memprihatinkan. Beberapa diantaranya bahkan tak layak lagi digunakan untuk kegiatan belajar mengajar karena nyaris ambruk.
Tercatat dari 880 SD yang ada sebanyak 1.346 ruang kelas kondisinya rusak. Meski demikian karena tak ada lagi ruang kelas, bangunan tersebut tetap digunakan siswa/siswi belajar. Sebenarnya khawatir ambruk, namun apa bisa dikata hingga saat ini usulan rehab belum saja direalisasikan, tutur sejumlah guru.
Kepala Bidang Sekolah Dasar (Kabdi Dikdas) Dinas Pendidikan Indramayu Drs H Masud, MPd saat dikonfirmasi Senin (27/9) mengakui kondisi ini disebabkan tidak sebandingnya alokasi dana yang disediakan pemerintah dengan kebutuhan di lapangan. Memang ada anggaran dari APBD Kabupaten maupun bantuan Provinsi dan Pusat namun jumlahnya tak mencukupi dengan kondisi kebutuhan rehab sekolah yang jumlahnya sangat besar, tutur dia.
Disdik mengakui pada fase tahun 2007-2008 Dana Alokasi Khusus (DAK) hanya terealisasi Rp2,8 miliar, padahal jumlah sekolah yang membutuhkan rehab sangat besar. Baru pada 2009 melalui usulan Dikdas didukung Bupati H Yance mencoba melakukan terobosan anggaran pusat hingga naik menjadi Rp17 miliar, bahkan pada tahun 2010 alokasi DAK naik menjadi Rp61 miliar. Kenaikan DAK tahun 2009-2010 ini sangat membantu untuk segera melakukan perbaikan ratusan ruang kelas yang kondisinya mendesak segera diperbaiki, tandas Masud.
Kerusakan bangunan sekolah dasar di Indramayu memang tidak lepas dari kondisi bangunan yang sudah tua. Sekolah yang ada dibangun era 76 hingga 80-an jadi sudah sangat tua dan kondisinya jelas harus segera mendapatkan perhatian pemerintah, imbuhnya.
Bantuan perbaikan kelas yang rusak setiap tahun ada meski jumlahnya relatif kecil. Program Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pendidikan (DPPIP) sebesar Rp1 miliar untuk lima SD diantaranya SDN Karang Ampel Kidul V, SD Loyang III, SD Krasak III. Bantuanya untuk perbaikan dua atau tiga lokal ruang kelas yang memang harus segera direhab, ungkapnya.
Selain itu, bantuan lain yang kini sudah dilaksanakan berupa program sekolah terdampak bencana yang merupakan proyek bantuan Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional yang dialokasikan bagi sekolah yang mengalami kerusakan akibat bencana seperti banjir. Ada beberapa sekolah yang menerima bantuan terdampak bencana ini, proyeknya sekarang sudah dilaksanakan diantaramya di SDN Rambatan Kulon II, SD Cidempet, Karang Anyar, jelas Masud.
Disdik Indramayu juga berencana akan merger, yang diarahkan menciptakan sekolah berkualitas Rintisan Sekolah Standar Nasional (RSSN) serta Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Merger ini dikhususkan untuk menggabungkan sekolah yang memang satu hamparan dengan pendekatan kualitas, misalnya beberapa SDN di Kelurahan Paoman, tuturnya. (sumber)
Tercatat dari 880 SD yang ada sebanyak 1.346 ruang kelas kondisinya rusak. Meski demikian karena tak ada lagi ruang kelas, bangunan tersebut tetap digunakan siswa/siswi belajar. Sebenarnya khawatir ambruk, namun apa bisa dikata hingga saat ini usulan rehab belum saja direalisasikan, tutur sejumlah guru.
Kepala Bidang Sekolah Dasar (Kabdi Dikdas) Dinas Pendidikan Indramayu Drs H Masud, MPd saat dikonfirmasi Senin (27/9) mengakui kondisi ini disebabkan tidak sebandingnya alokasi dana yang disediakan pemerintah dengan kebutuhan di lapangan. Memang ada anggaran dari APBD Kabupaten maupun bantuan Provinsi dan Pusat namun jumlahnya tak mencukupi dengan kondisi kebutuhan rehab sekolah yang jumlahnya sangat besar, tutur dia.
Disdik mengakui pada fase tahun 2007-2008 Dana Alokasi Khusus (DAK) hanya terealisasi Rp2,8 miliar, padahal jumlah sekolah yang membutuhkan rehab sangat besar. Baru pada 2009 melalui usulan Dikdas didukung Bupati H Yance mencoba melakukan terobosan anggaran pusat hingga naik menjadi Rp17 miliar, bahkan pada tahun 2010 alokasi DAK naik menjadi Rp61 miliar. Kenaikan DAK tahun 2009-2010 ini sangat membantu untuk segera melakukan perbaikan ratusan ruang kelas yang kondisinya mendesak segera diperbaiki, tandas Masud.
Kerusakan bangunan sekolah dasar di Indramayu memang tidak lepas dari kondisi bangunan yang sudah tua. Sekolah yang ada dibangun era 76 hingga 80-an jadi sudah sangat tua dan kondisinya jelas harus segera mendapatkan perhatian pemerintah, imbuhnya.
Bantuan perbaikan kelas yang rusak setiap tahun ada meski jumlahnya relatif kecil. Program Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pendidikan (DPPIP) sebesar Rp1 miliar untuk lima SD diantaranya SDN Karang Ampel Kidul V, SD Loyang III, SD Krasak III. Bantuanya untuk perbaikan dua atau tiga lokal ruang kelas yang memang harus segera direhab, ungkapnya.
Selain itu, bantuan lain yang kini sudah dilaksanakan berupa program sekolah terdampak bencana yang merupakan proyek bantuan Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional yang dialokasikan bagi sekolah yang mengalami kerusakan akibat bencana seperti banjir. Ada beberapa sekolah yang menerima bantuan terdampak bencana ini, proyeknya sekarang sudah dilaksanakan diantaramya di SDN Rambatan Kulon II, SD Cidempet, Karang Anyar, jelas Masud.
Disdik Indramayu juga berencana akan merger, yang diarahkan menciptakan sekolah berkualitas Rintisan Sekolah Standar Nasional (RSSN) serta Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Merger ini dikhususkan untuk menggabungkan sekolah yang memang satu hamparan dengan pendekatan kualitas, misalnya beberapa SDN di Kelurahan Paoman, tuturnya. (sumber)
Post a Comment