Warga Pedesaan di Indramayu Kembali Gunakan Kayu Bakar



Indramayu - Sejumlah warga yang tinggal di pedesaan kabupaten Indramayu, Jawa Barat, kembali menggunakan kayu bakar untuk keperluan dapur mereka.

Penggunaan kayu bakar pada sebagian warga desa Cikamurang dan Sukalamyu tersebut, setelah beberapa peristiwa meledaknya tabung gas baik ukuran 3 kilogram maupun 12 kilogram juga belum lama ini menelan korban di Indramayu.

Kepala desa Sukaslamet Caswan Spd kepada wartawan di Indramayu, Selasa (27/7), mengatakan, sebagian masyarakat di desanya kini beralih menggunkan kayu bakar dengan alasan takut meledak seperti yang terjadi di kecamatan Jatibarang beberapa hari lalu, begitu juga kompor minyak tanak mereka tinggalkan.

"Awalnya kompor minyak tanah menjadi pilihan warga di desanya, setelah ada berita di Indramayu tiga hari lalu kompor minyak tanah meledak mereka jadi tambah khawatir, katanya minyak tanah saat ini diduga banyak yang oplosan,"ujarnya.

Dia menambahkan, beralihnya warga menggunakan kayu bakar mendongkrak harga kayu bakar tersebut.

Awalnya setelah ada konversi minyak tanah ke gas elpiji, masyarakat semua menggunakan kompor gas ukuran tiga kilogram, meski di desanya belum pernah terjadi ledakan gas namun rasa takut mereka semakin tinggi.

"Saat ini persediaan kayu bakar di desanya masih cukup. Namun jika penggunaannya tidak terkendali di khawatirkan hutan yang ada rusak akibat kebutuhan masyarakat yang mendesak, meski mereka hanya mengambil rantingnya. Kemungkinan kedepan ranting tersebut akan habis,"katanya.

Ranisih,34, warga desa setempat mengeluhkan kembalinya gunakan kayu bakar, dia menuturkan kayu bakar pada musim hujan basah sehingga terpaksa harus dikeringkan dulu meski butuh waktu yang cukup lama. Selain itu harganya lebih mahal dari pada gas ukuran tiga kilogram.

"Menggunakan kayu bakar lebih rumit butuh kesabaran untuk menyalakannya. Selain itu masak apapun tidak bisa ditinggalkan. Jika malas apinya susah nyala juga harus dijaga supaya api tetap nyala. Berbeda dengan gas elpiji masak sambil mengerjakan yang lain,"katanya.

Menggunakan kayu bakar perabotan rumah tangga kotor semua, sehingga harus menyediakan khusus alat masaknya jika tidak sulit menghilang asap tebal yang nempel. Sedangkan kompor gas mudah membersihkannya karena asap yang dikeluarkan tidak ada,"paparnya.

Dia menambahkan, rasa takut kompor gas meledak terpaksa dirinya kembali menggunakan kayu bakar dengan berbagai kendala yang ada, karena semenjak menjadi ibu rumah tangga hanya mengenal kompor minyak tanah dan kompor gas perlu pengalaman dan kebiasan untuk menyalakan kayu bakar.

Sementara itu Dayat, 65, warga perbatasan Indramayu-Subang melarang istrinya menggunakan kompor gas ukuran tiga kilogram pemberian pemerintah, khawatir meledak seperti yang menimpa saudaranya di Indramayu, hingga kini harus berbaring di rumah sakit karena luka bakar serius disekujur tubuhnya.
Powered by Blogger.