Petani Padi di Indramayu Tetap Miskin



Indramayu - Petani Indramayu,Jawa Barat setiap tahun mampu memproduksi gabah 1,4 juta ton dari sawah yang luasnya mencapai 118 ribu Hektar (HA).Oleh karena itu, Indramayu disebut sebagai daerah lumbung pangan nasional yang bisa mendukung program pemerintah pusat dibidang ketahanan pangan nasional.

Namun, pada sisi lain ‘kepatuhan’ puluhan ribu petani Indramayu dalam memproduksi gabah setahun dua kali itu justru membuat mereka sengsara. Sebab, kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapeda) Kabupaten Indramayu, Ir. Apas Fahmi kepada Pos Kota Rabu (23/6), faktanya taraf hidup petani tetap miskin.

Nasib sebagian besar petani, seakan tidak pernah beranjak ke arah yang lebih baik. Hal itu karena petani Indramayu , tidak memiliki posisi tawar manakala menjual hasil produknya.

Ketika panen padi berlangsung, harga gabah hasil panen petani cenderung anjlok. Sementara harga berbagai jenis pupuk, pestisida, ongkos buruh tandur, sewa traktor dan sewa mesin pompa air selalu naik. Walhasil, pendapatan petani selalu kecil. Hasil panen petani kecil, hanya cukup buat makan. Sulit memenuhi kebutuhan yang lain.

Selain itu, katanya sebagian besar areal sawah yang luas itu dimiliki beberapa gelintir petani saja. Sebagian besar petani di Indramayu tergolong petani kecil. Pemilik sawah sempit. Sehingga pendapatannya pun terbatas.

Dakui jika dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Indramayu, sebagai ukuran ekonomi di suatu daerah, hingga saat ini sektor pertanian termasuk di dalamnya peternakan, perikanan masih mendominasi 45 persennya.

Padahal kalau ikuti emosi, kita izinkan industri masuk dengan merubah status lahan pertanian dan mengesampingkan dukungan program ketahanan pangan nasional, sebagaimana dicanangkan pemerintah pusat, maka tentunya jumlah PDRB Indramayu bakal semakin meningkat dibandingkan kondisi sekarang ini dimana pertanian masih mendominasi sektor usaha sebagian besar masyarakat.

Dibidang pertanian tanaman pangan khususnya padi, ujarnya, memang pemerintah pusat telah memberikan subsidi pupuk. Namun ironisnya siapapun tahu yang menikmati subsidi pupuk itu bukan petani langsung, melainkan ada pihak lain.

Disinilah katanya perlunya peran pemerintah sebagai fasilitator dalam memberikan solusi. Misalnya mengajak masyarakat masuk ke bidang pengolahan hasil pertanian. Peluang untuk itu masih cukup terbuka. Sementara jika ditekuni bidang pengolahan hasil pertanian itu tidak ‘mengganggu’ areal pertanian tanaman pangan.

Ini yang sudah dilakukan beberapa dinas di Indramayu seperti Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu dengan merintis kegiatan usaha di masyarakat berupa pengolahan ikan kuniran, bandeng tanpa duri dan sebagainya.

Kepala Bapeda menegaskan, sudah selayaknya pemerintah pusat memberikan perhatian yang sungguh-sungguh kepada para petani di Indramayu yang sampai sekarang masih punya komitmen menanam padi menyumbangkan ketahanan pangan nasional.

“Perhatian pemerintah pusat yang dibutuhkan masyarakat Indramayu adalah perbaikan infrastruktur jalan dan saluran irigasi. Selama ini, petani Indramayu terus berupaya mempertahankan tanaman padi, demi mendukung program ketahanan pangan nasional. Namun disisi lain, perhatian pemerintah pusat terhadap insfrastruktur yang dibutuhkan petani sangat kurang,” ujarnya.

Solusi lain yang dilakukan dalam rangka meningkatkan pendapatan petani adalah mengembangkan tanaman hortikultura. Sebut saja sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman hias seperti anggrek dan sebagainya pada daerah-daerah tertentu.

Kenapa harus tanaman hortikultura seperti sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman hias, kata Apas Fahmi, karena permintaan pasar di luar negeri terhadap produk sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman hias dari dataran rendah seperti Wilayah Kabupaten Indramayu ini relatif tinggi. Ini merupakan peluang usaha yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani Indramayu. (sumber)
Powered by Blogger.