Indramayu Endemis Demam Berdarah Dengue



Indramayu - Kabupaten Indramayu dari dahulu sampai sekarang dinyatakan sebagai daerah endemis penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue).

Ironinya, kendati didukung anggaran APBD Indramayu sebesar Rp360 miliar untuk membiayai kegiatan fogging (pengasapan) nyamuk demam berdarah, namun jumlah penderita penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) masih relative tinggi.

Hingga Sabtu (30/1) kata Kasie P2B2 (Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang), Muslim, sudah 145 warga Indramayu positif terkena DBD. Sementara menurut data, jumlah penderita DBD Januari – Desember 2009, sebanyak 1.364 orang.

Dari jumlah 145 warga yang terkjena DBD seorang remaja, Jaenudin, 12 warga Desa Kebulen Kecamatan Jatibarang, meninggal dunia.

Menurut dia, anggaran APBD yang besar, tidak menjamin suatu daerah terbebas dari penyakit DBD. “Jadi walaupun seluruh desa di Kabupaten Indramayu ini difogging, tapi desa-desa di kabupaten lain tidak difogging itu percuma saja. Sebab nyamuk aedes agypti, penyebar virus DBD dari daerah lain masih bisa masuk ke Indrtamayu. Kalau mau semua daerah di Pulau Jawa ini difogging.. ,” katanya.

Muslim mengemukakan, satu upaya yang dianggap paling dominan mengatasi penyebaran DBD adalah keikutsertaan masyarakat melaksanakan PSN (Pembersihan Sarang Nyamuk). “Kalau semua jentik nyamuk dibersihkan, mudah-mudahan penyebaran penyakit DBD itu bisa ditekan,” ujarnya.

Desa Pondoh Kecamatan Juntinyuat, saat ini dinyatakan sebagai daerah KLB (Keadaan Luar Biasa) DBD. Karena berdasarkan pendataan, jumlah penderita DBD di Desa Pondoh itu paling banyak di Kabupaten Indramayu yaitu mencapai 9 orang.

Desa-desa di Kabupaten Indramayu yang termasuk desa endemis penyakit DBD pada Tahun 2007 sebanyak 93 desa. Tahun 2008 sebanyak 90 desa dan tahun 2009 sebanyak 123 desa.

Mengingat penyebaran DBD yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes agypti di daerah ini selalu muncul, dalam beberapa tahun terakhir ini, maka Indramayu layak menyandang predikat sebagai daerah endemis DBD. (PK)
Powered by Blogger.