Konflik Sosial Picu Kebakaran Hutan

Indramayu - Kebakaran hutan yang kerap terjadi di Indramayu bukan semata-mata karena kelalaian manusia, melainkan juga karena ada faktor kesengajaan. Salah satu pemicunya adalah adanya konflik antar warga desa hutan yang jarang terselesaikan. Konflik tersebut dipicu perebutan lahan garapan di hutan yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian.

Tidak jelasnya batas wilayah garapan kelompok menimbulkan perselisihan. Cara yang paling mudah menyelesaikannya adalah dengan membakar lahan sengketa. "Konflik sosial ini sudah lama berlangsung dan sampai sekarang belum selesai. Sekarang, kami belum bisa bertindak karena kami sedang mendalami masalahnya dan mencari solusi jalan tengah yang sama-sama menguntungkan," kata Administratur Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan Indramayu Budi Shohibudin di Indramayu, Minggu (6/9).

Penyebab lain, kata Budi, aturan retribusi penggunaan lahan dan pungutan sesuai perjanjian kerja sama yang tidak jelas membuat petani hutan resah. Apalagi, nilai pungutannya berkisar Rp 300.000-Rp 600.000 per hektar. Ditambah lagi, tidak jelas pihak mana yang berwenang mengeluarkan surat izin penggarapan lahan. Dua jenis

Ketidakjelasan aturan-aturan itu menimbulkan konflik yang memicu dibakarnya hutan di beberapa daerah, seperti di wilayah Plosokerep, Sanca, dan Cikawung. Potensi konflik hampir merata terjadi di seluruh desa hutan di Indramayu. Setidaknya, selama musim kemarau 2009, 180,5 hektar hutan di Indramayu terbakar. Kebakaran yang menimbulkan kerugian seluas 43,5 hektar.

"Kebakaran menurut kacamata Perhutani ada dua. Pertama, hanya membakar serasah (daun dan ranting kering) tanpa merusak tanaman pokok. Kedua, kebakaran yang berakibat tanaman pokok mati dan tidak bisa diproduksi," ujar Budi. (THT)

Powered by Blogger.