Jamur Merang, Harapan Saat Kemarau
Indramayu - Sapari (37) dan Kaslani (32) sibuk melucuti sisa jerami basah yang masih melekat pada bagian bawah jamur merang atau Volvariella volvacea. Mereka memisahkan ratusan pucuk jamur yang terhampar di tempayan besar itu berdasarkan kualitas, antara kualitas super dan kualitas lebih rendah.
"Jamur merang yang super bentuknya bulat. Biar ukurannya kecil atau besar, asalkan bulat. Sedangkan yang biasa itu yang sudah mekar dan bentuknya tidak bagus," ujar Sapari sembari terus memilih jamur yang bagus di halaman rumahnya di Desa Kedungwungu, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, awal Agustus lalu.
Sekitar tiga tahun terakhir, budidaya jamur merang mulai menjamur di Indramayu. Pada tahun 2008 perkembangannya mulai pesat. Ada dua daerah penghasil jamur merang di Indramayu, yaitu Kecamatan Krangkeng dan Patrol. Bahkan, tahun ini ditargetkan produksi jamur merang di Indramayu mencapai 1.200 kuintal.
Menurut Kepala Subdinas Hortikultura Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu Toto Kusmarwanto, akhir pekan lalu, tahun ini ada sekitar 160 kumbung jamur merang di Indramayu. Padahal, tahun lalu jumlahnya masih kurang dari 100 kumbung. Sekali panen, satu kumbung mampu menghasilkan 2,7 kuintal per periode (40 hari), dan setahun bisa empat hingga lima kali panen.
Bertambahnya minat petani membudidayakan jamur karena pembudidayaan yang mudah, harga jual jamur yang mahal, serta permintaan pasar yang terus bertambah. Saat ini harga jual jamur kualitas super Rp 12.000-Rp 14.000 per kilogram, sedangkan jamur kualitas biasa Rp 8.500 per kg. Bahkan, saat permintaannya melonjak dan pasar belum bisa memenuhi, harga jamur merang di atas Rp 15.000 per kg.
Hasilnya sangat menjanjikan. Setiap kali panen, dari kumbung berukuran 5 x 7 meter, petani bisa mengantongi keuntungan berkisar Rp 1,5 juta per periode. Jika produktivitasnya bisa ditingkatkan sampai di atas 3 kuintal per kumbung per periode, keuntungan bisa Rp 2 juta per periode per kumbung. Keuntungan itu dihitung dari harga jamur super Rp 12.000 per kg dan yang biasa Rp 7.500 per kg.
Selain itu, bahan baku median tumbuhnya jamur banyak tersedia di Indramayu yang merupakan daerah pertanian, yaitu jerami sisa panen. Pembudidayaan jamur merang juga menjadi alternatif pemanfaatan limbah padi. Namun, kata Jamjami (26), petani jamur di Desa Tegal Mulya, Kecamatan Krangkeng, Indramayu, tidak selamanya jerami gampang diper- oleh, terutama saat musim kemarau. Oleh karena itu, petani jamur harus punya stok jerami.
Jamjami menambahkan, budidaya jamur sebenarnya sangat menjanjikan bagi petani, terutama saat musim kemarau. Sebab, sebagian besar lahan sawah di Indramayu merupakan tadah hujan sehingga tak bisa ditanami padi yang butuh banyak air. "Kalau petani yang lain jadi pekerjaan sampingan, saya malah jadi pekerjaan utama," kata Jamjami.
Toto juga sepakat, jamur merupakan salah satu tanaman yang bisa dibudidayakan petani kecil saat tidak ada lagi sawah yang dapat digarap karena kekurangan air. Lahan yang diperlukan juga tak harus luas, bahkan bisa di pekarangan rumah. Setidaknya, satu kumbung hanya butuh lahan kurang dari 100 meter persegi. Modal awal budidaya juga tak besar, hanya Rp 5,9 juta untuk membuat kumbung dan biaya produksi. (Timbuktu Harthana)
"Jamur merang yang super bentuknya bulat. Biar ukurannya kecil atau besar, asalkan bulat. Sedangkan yang biasa itu yang sudah mekar dan bentuknya tidak bagus," ujar Sapari sembari terus memilih jamur yang bagus di halaman rumahnya di Desa Kedungwungu, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, awal Agustus lalu.
Sekitar tiga tahun terakhir, budidaya jamur merang mulai menjamur di Indramayu. Pada tahun 2008 perkembangannya mulai pesat. Ada dua daerah penghasil jamur merang di Indramayu, yaitu Kecamatan Krangkeng dan Patrol. Bahkan, tahun ini ditargetkan produksi jamur merang di Indramayu mencapai 1.200 kuintal.
Menurut Kepala Subdinas Hortikultura Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu Toto Kusmarwanto, akhir pekan lalu, tahun ini ada sekitar 160 kumbung jamur merang di Indramayu. Padahal, tahun lalu jumlahnya masih kurang dari 100 kumbung. Sekali panen, satu kumbung mampu menghasilkan 2,7 kuintal per periode (40 hari), dan setahun bisa empat hingga lima kali panen.
Bertambahnya minat petani membudidayakan jamur karena pembudidayaan yang mudah, harga jual jamur yang mahal, serta permintaan pasar yang terus bertambah. Saat ini harga jual jamur kualitas super Rp 12.000-Rp 14.000 per kilogram, sedangkan jamur kualitas biasa Rp 8.500 per kg. Bahkan, saat permintaannya melonjak dan pasar belum bisa memenuhi, harga jamur merang di atas Rp 15.000 per kg.
Hasilnya sangat menjanjikan. Setiap kali panen, dari kumbung berukuran 5 x 7 meter, petani bisa mengantongi keuntungan berkisar Rp 1,5 juta per periode. Jika produktivitasnya bisa ditingkatkan sampai di atas 3 kuintal per kumbung per periode, keuntungan bisa Rp 2 juta per periode per kumbung. Keuntungan itu dihitung dari harga jamur super Rp 12.000 per kg dan yang biasa Rp 7.500 per kg.
Selain itu, bahan baku median tumbuhnya jamur banyak tersedia di Indramayu yang merupakan daerah pertanian, yaitu jerami sisa panen. Pembudidayaan jamur merang juga menjadi alternatif pemanfaatan limbah padi. Namun, kata Jamjami (26), petani jamur di Desa Tegal Mulya, Kecamatan Krangkeng, Indramayu, tidak selamanya jerami gampang diper- oleh, terutama saat musim kemarau. Oleh karena itu, petani jamur harus punya stok jerami.
Jamjami menambahkan, budidaya jamur sebenarnya sangat menjanjikan bagi petani, terutama saat musim kemarau. Sebab, sebagian besar lahan sawah di Indramayu merupakan tadah hujan sehingga tak bisa ditanami padi yang butuh banyak air. "Kalau petani yang lain jadi pekerjaan sampingan, saya malah jadi pekerjaan utama," kata Jamjami.
Toto juga sepakat, jamur merupakan salah satu tanaman yang bisa dibudidayakan petani kecil saat tidak ada lagi sawah yang dapat digarap karena kekurangan air. Lahan yang diperlukan juga tak harus luas, bahkan bisa di pekarangan rumah. Setidaknya, satu kumbung hanya butuh lahan kurang dari 100 meter persegi. Modal awal budidaya juga tak besar, hanya Rp 5,9 juta untuk membuat kumbung dan biaya produksi. (Timbuktu Harthana)
Post a Comment