Menghadapi Ujian dengan Istighotsah

Deg-degan menghadapi ujian nasional (UN), Senin (20/4) lusa, murid-murid sekolah menengah umum (SMU) di sejumlah daerah merasa tak cukup lagi mengandalkan belajar, les, dan try out. Karena, yang dipertaruhkan dalam menghadapi soal-soal ujian adalah masa depan, mereka pun memerlukan pasokan energi spiritual.

Wajar belaka bila mereka gugup. Pasalnya, standar kelulusan UN tahun ini telah didongkrak 0,25 persen dibanding tahun lalu. Hanya peserta ujian yang meraih nilai rata-rata 5,5--dengan minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran, dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya--yang bisa melanjutkan mimpinya ke bangku perguruan tinggi.

Alhasil, bak sedang mengamalkan pepatah bijak "ora et labora", berdoa sambil berusaha, murid-murid SMU--baik SMA, MA, dan SMK--di sejumlah daerah menggelar istighotsah. Ada pula yang menyertainya dengan acara potong tumpeng dan mengikrarkan Pakta Kejujuran. Tak sedikit siswa-siswi yang menangis mengikuti kegiatan ini.

Istighotsah--yang dulu kerap digelar sejumlah organisasi massa (ormas) Islam--ini, antara lain, digelar ratusan siswa SMA Negeri 3 Semarang, Jawa Tengah. Dipimpin para guru agama, para siswa melaksanakan khusyuk beristighotsah di aula lantai tiga sekolah ini. Ada 542 siswa peserta UN di SMA ini.

''Tekanan psikologis anak-anak cukup tinggi setiap menghadapi UN. Karena itu, kami mengantisipasi dengan penguatan nilai religi. Dengan istighotsah, para peserta UN akan lebih percaya diri dan siap mental,'' kata Wakil Kepala Sekolah SMAN 3 Semarang, Didik Pradigdo, Jumat (17/4).

Didik mengatakan, para siswa diajak untuk berserah, merenung, berdoa, dan memohon kepada Allah SWT agar diberikan kesehatan, kelancaran, dan kemudahan mengerjakan soal-soal UN. Istighotsah pun, kata dia, menjadi media bagi para guru untuk mendoakan anak didiknya agar melewati UN dengan lancar.

Di SMA 3, peserta UN telah menjalani lima kali uji coba UN. Pada uji coba pertama, tingkat kelulusan masih 60 persen. Dengan motivasi dan pemberian latihan yang intens, hasil uji coba terus membaik. Pada uji coba kelima, tingkat kelulusan 96 persen. ''Tinggal empat persen yang belum tembus. Semoga tercapai pada pelaksanaan UN,'' harap Didik.

Selain uji coba dan istighotsah, kata Didik, sekolah juga memerhatikan persoalan mental siswa. Karena itu, mereka pun diberi bekal training mind set. Pelatihan terakhir ini untuk memberi motivasi agar peserta didik mampu mengejar ketertinggalannya dalam upaya menembus batas standar nilai 5,5.

Soal-soal UN tahun ini diprediksi lebih berat. Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Syamsury, mengatakan, pihaknya bersama sekolah telah melakukan uji coba. Hasilnya, hanya 50 persen lebih sedikit siswa yang lulus. ''Tapi, memang biasanya soal-soal yang diujicobakan itu kita buat lebih sulit dibanding soal UN,'' katanya.

Di Jawa Timur, istighotsah, antara lain, digelar di SMA Pariwisata dan SMA Prapanca, Surabaya. Kepala SMA Prapanca, Surabaya, Iro Wibeno, mengatakan, istighotsah digelar di sekolahnya karena nilai kelulusan 5,5 dipandang berat oleh siswa. Tapi, semua siswa, kata dia, harus mendukung karena itu sudah menjadi ketetapan pemerintah.

Istighotsah juga digelar siswa-siswi SMA Jombang. Kegiatan dipusatkan di Masjid Baitul Mukminin, dekat alun-alun Kota Jombang. Bahkan, mereka juga menggelar karpet hingga ke alun-alun. Begitu memasuki area masjid, murid-murid berseragam putih abu-abu langsung bersimpuh dan bermunajat dengan khusyuk.

Plt Sekda Kab Jombang, Munif Khusnan, menyambut baik inisiatif para guru untuk menggelar doa bersama menyambut UN. Tapi, selain berdoa, dia juga mengingatkan para siswa tentang pentingnya ikhtiar dalam menghadapi UN. ''Yang tidak kalah penting adalah keyakinan. Jangan sampai para siswa berkecil hati menghadapi ujian,'' katanya.

Pada 2008, papar Munif, tingkat kelulusan di Jombang mencapai 97 persen. Dia berharap tahun ini meningkat. ''Semoga tahun ini tingkat kelulusan mencapai 99 persen,'' harapnya pada acara istighotsah yang diikuti ribuan siswa serta para kepala sekolah dan guru-guru SMA se-Jombang.

Di Bojonegoro, doa bersama dilakukan sekitar 500 siswa SMA I. Acara yang digelar di halaman sekolah itu, dimulai Kamis tengah malam. Puluhan siswa menangis dalam acara yang disertai potong tumpeng itu, khawatir tak lulus. ''Setelah berdoa, tumpeng dimakan bersama,'' kata Wakil Kepala SMA I Bojonegoro, Dwi Agung, kemarin.

Dwi mengatakan, doa bersama rutin dilakukan setiap tahun. Selain kelas tiga, doa bersama juga dihadiri siswa kelas I dan II. Dalam UN tahun ini, dia yakin semua siswanya bakal lulus. Tapi, doa tetap diperlukan untuk memperkuat sisi spiritual para siswa.

Selain itu, ribuan siswa-siswi kelas tiga SMP dan SMA di "kota minyak" itu mendatangi alun-alun dan berikrar mematuhi Pakta Kejujuran--yang telah diperkenalkan di sana sejak awal 2009. ''Semuanya harus menerapkan Pakta Kejujuran ini pada UN nanti,'' kata Kepala Dinas Pendidikan Bojonegoro, Zainuddin.

Di Indramayu, zikir dan istighotsah, kemarin, digelar ratusan siswa dari tiga SMA. Istighotsah, antara lain, digelar di SMA Negeri I Sindang, pada Kamis (16/4), pukul 18.30 WIB. Kegiatan yang juga diikuti para guru dan kepala sekolah itu didahului shalat Maghrib berjamaah di masjid yang ada di kompleks sekolah.

Salah seorang siswa, Bagus Rifai, menilai UN tahun ini cukup memberatkan. Mata pelajaran yang selama ini dikhawatirkan para siswa memperoleh nilai minim, kata Bagus, adalah matematika. ''Semoga saya dan teman-teman bisa memperoleh nilai yang tinggi, sehingga kami bisa lulus semuanya,'' kata Bagus.

Kepala Sekolah SMA Negeri I Sindang, Sulastri Djuwitaningsih, mengatakan, istighotsah itu sengaja digelar untuk memberi motivasi dan ketenangan kepada para siswa dalam menghadapi UN. ''Selain istighotsah, kami juga telah menyelenggarakan pemantapan mata pelajaran UN dan latihan pra-UN,'' kata Sulastri. lis/yli
Powered by Blogger.