Petani Kandanghaur Kelimpungan

Kekurangan Air, Ribuan Hektare Padi Terancam Mati
KANDANGHAUR
–Fenomena alam yang sulit diprediksi akibat dampak terjadinya global warming (pemanasan global), membuat kelimpungan para petani di wilayah Kecamatan Kandanghaur. Memasuki musim rendeng tahun ini, bukannya berlimpah air, lahan pertanian para pahlawan pangan itu justru mengalami kekurangan air akibat pendeknya musim penghujan.

Seluas 2.777 hektare sawah berumur antara 5 sampai 28 hari terancam mati lantaran suplai air menjadi terhambat. Sedangkan 3417 lahan sawah yang baru memasuki tahap persemaian, dipastikan gagal tanam apabila dalam sepekan ke depan kebutuhan air tidak segera dipenuhi.
Perlu diketahui, dari 6.194 areal sawah yang tersebar di 13 desa di Kecamatan Kandanghaur, adalah sawah tadah hujan yang sangat mengandalkan curah hujan dalam sistim pengairannya. Namun ternyata, terhitung selama musim rendeng, wilayah Kecamatan Kandanghaur hanya sebanyak 10 kali diguyur hujan. Kondisi itu jelas ak menguntungkan para petani lantaran ketersediaan air belum mencukupi.
Menurut Camat Kandanghaur Aris Tarmidi SH MSi, terjadinya ancaman gagal tanam dan panen juga dikarenakan para petani takut banjir sehingga memilih untuk mengundur masa tanam yang telah di tentukan. “Sudah menjadi tradisi, kalau di Kecamatan Kandanghaur apabila musim hujan kebanjiran dan musim kemarau selalu kekeringan. Tapi perkiraan itu meleset. Tahun ini, saat musim penghujan Kandanghaur ternyata bebas banjir,” katanya saat menerima rombongan Ditjen Pengembangan Lahan dan Air (PLA) Departemen Pertanian RI, Kamis (8/1) di kantornya.
Apesnya, di saat para petani berupaya mengejar ketertinggalan masa tanam, musim penghujan diperkirakan justru mulai berakhir ditandai dengan tidak adanya curah hujan. Ditambah pula distribusi air dari Jatiluhur kerap tersendat karena semua wilayah melakukan masa tanam secara serentak.
Oleh karenanya, pihaknya meminta agar Ditjen PLA Deptan RI dalam jangka pendek ini memprioritaskan distribusi air agar tanaman padi bisa diselamatkan. Dalam jangka panjangnya, Aris meminta proyek-proyek bidang pengairan untuk mengatasi permasalahan para petani di Kecamatan Kandanghaur secepatnya digelontorkan.
Sementara itu, rombongan Ditjen PLA Deptan RI yang dipimpin Ir Dyah Susilokarti mengaku merasa prihatin dengan kondisi yang dialami oleh para petani. “Semestinya musim rendeng air melimpah, tapi kenapa bisa terjadi krisis air? Tapi setelah mendengar pemaparan Pak Camat, memang penyebabnya ada beberapa faktor. Tapi yang paling urgen adalah karena perubahan iklim yang tidak menentu. Ini jelas sulit diantisipasi oleh para petani maupun lembaga pertanian,” terangnya didampingi anggota tim lainnya di antaranya Ari Wijayanti serta Kasino.
Kendati debit air di Waduk Jatiluhur sangat mencukupi, namun untuk mengalirkannya sampai ke wilayah Kecamatan Kandanghaur membutuhkan waktu yang tidak sedikit. “Maksimal tiga hari baru nyampe. Itu pun kalau lancar. Sebab, kami juga membutuhkan dukungan tenaga untuk mengawal air dan mengangkat balok kayu penutup di pintu air. Dan yang paling penting, pompa air di Cipunegara bisa beroperasi dengan baik karena akhir-akhir sering mengalami kerusakan,” terang Dyah.
Setelah melakukan dialog dengan Pemcam Kandanghaur, Kepala PJT, KCD Pertanian, KTNA, Pengamat Hama, dan tokoh petani setempat, rombongan kemudian meninjau lokasi sawah yang kondisinya kritis yakni di Desa Curug dan beberapa desa lainnya. (kho)
Powered by Blogger.