Pertamina EP Gelar FGD Penyusunan Buku Budaya Lelea untuk Penguatan Dokumentasi Tradisi Ngarot
Indramayu - Tradisi Ngarot kembali menjadi pusat perhatian ketika berbagai tokoh budaya dan pemangku kepentingan berkumpul dalam FGD Bedah Buku Budaya Lelea pada 2 Desember lalu. Forum diskusi ini merupakan bagian dari program TAPAK LELEA yang digerakkan PT Pertamina EP Zona 7 Jatibarang Field sebagai upaya menjaga kesinambungan budaya lokal.
Tidak kurang dari 30 peserta hadir, mulai dari budayawan Indramayu, pengurus Desa Adat Lelea, Lembaga Adat Indramayu, Tim Ahli Cagar Budaya, guru sejarah, hingga perwakilan media. Mereka datang dengan beragam perspektif untuk memperkaya pembahasan mengenai penyusunan buku budaya yang tengah digarap.
Dalam forum tersebut, Head of Communication, Relations & CID-CSR Pertamina EP Zona 7, Wazirul Luthfi, mengingatkan bahwa buku tersebut memiliki peran lebih dari sekadar dokumen. “Buku Budaya Lelea adalah usaha kita bersama untuk menjaga cerita agar tidak hilang ditelan waktu. Pertamina EP ingin memastikan bahwa generasi muda dapat membaca kembali jejak kearifan lokal dan bangga pada warisan budaya yang mereka miliki,” kata Wazirul.
Diskusi berlangsung intens. Para tokoh adat memberikan pelurusan mengenai ritus dan alur sejarah Ngarot. Akademisi menyoroti penyajian materi agar tetap kuat secara ilmiah, namun mudah dipahami. Tim seni dan fotografer juga memberikan masukan terkait ilustrasi dan foto yang paling tepat mewakili karakter budaya Lelea. Buku ini memang dirancang sebagai dokumentasi komprehensif—dari sejarah, ritus, bahasa Sunda Lea, hingga nilai sosial masyarakatnya.
Dari ruang pemerintah, dukungan juga mengalir. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Indramayu, Caridin, menegaskan pentingnya buku ini untuk pendidikan. “Ngarot adalah identitas. Dokumentasi yang baik akan menjadi sumber belajar yang relevan dan membanggakan,” ujarnya.
Sementara itu, Imam Mahdi dari Dinas Pariwisata dan Pemuda Olahraga menilai bahwa buku budaya seperti ini dapat memperkuat narasi pariwisata desa. “Dokumentasi budaya yang kuat seperti ini dapat memperkaya narasi wisata budaya Indramayu. Ia menjadi panduan bagi siapa pun yang ingin memahami Ngarot secara lebih mendalam,” jelasnya.
Di akhir sesi, peserta merumuskan sejumlah rekomendasi untuk penyempurnaan isi buku. Ada harapan agar buku ini bisa diluncurkan bersamaan dengan perayaan Budaya Ngarot atau Pekan Budaya Lelea pada akhir Desember mendatang. Namun seluruh peserta sepakat bahwa kualitas dan akurasi harus tetap dikedepankan sebelum diterbitkan.
FGD ini menjadi bukti bahwa menjaga tradisi tidak bisa dilakukan sendirian. Ia membutuhkan peran kolektif—masyarakat adat, pemerintah, akademisi, dan korporasi. Melalui penyusunan Buku Budaya Lelea, seluruh pihak berharap adat Ngarot dapat terus hidup dan dikenali sebagai warisan budaya yang membanggakan oleh generasi-generasi berikutnya.
Sumber:Rilis



Post a Comment