Kisah Juwandi Mantan Pengikut Dimas Kanjeng Asal Desa Widasari


Indramayu - Juwandi dengan ramah berbagi cerita dengan Koran ini di kediamannya, Rabu (12/10). Diceritakan, pada tahun 2015, Juwandi mulai menjadi pengikut Kanjeng Dimas Taat Pribadi. Keikutsertaannya di padepokan milik tersangka penipuan itu karena Juwandi menggantikan temannya yang meninggal dunia.

Selama tinggal di padepokan, Juwandi mengaku tetap menjalankan ibadah seperti biasanya. Padepokan itu tidak hanya menampung pengikut dari satu agama, tetapi dari berbagai agama. Di sana, Juwandi tinggal dengan pengikut lainnya di tenda-tenda yang dibuat oleh masing-masing koordinasi. Ia tinggal dalam satu tenda yang berisi 68 orang dari Indramayu.

“Mereka dari berbagai profesi. Ada yang pengusaha, pegawai, karyawan swasta, pengacara bahkan golongan tokoh agama,” tuturnya.

Juhadi mengaku tidak semua orang bisa masuk ke Padepokan  Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Warga sekitar pun tidak bisa masuk, karena padepokan sangat tertutup. “Kami pun tidak tahu kondisi dan situasi di luar padepokan,” ujarnya.

Juwandi pun mengaku ada mahar untuk bisa masuk padepokan tersebut. Namun, karena ia menggantikan rekannya yang meninggal, ia tidak perlu membayar mahar. “Di sana kami tidak bekerja, hanya fokus ibadah. Jadi ada yang jual mobil untuk bayar utang,” tuturnya.

Di padepokan, bisa dibilang hidup para pengikut  Dimas  Kanjeng tidak sejahtera. Juwandi baru bisa makan bila mendapatkan uang. Bila tidak, maka ia pun berbagi dengan pengikut lain. “Di tanah seluas 5 hektare ini kami beraktivitas. Kalau ada kerjaan baru dapat uang untuk makan. Kalau nggak ada ya kita berbagi dengan yang lain,” jelasnya.

Selama menetap di padepokan, Juwandi mengaku ada kegiatan penggandaan uang oleh  Dimas Kanjeng. Namun waktu ritual penggandaan uang itu tidak menentu. Setiap melakukan ritual, uang hasil penggandaan itu dibagikan pada anggotanya. Namun setiap ritual, masing-masing anggota hanya dapat Rp100 ribu. “Anehnya uang yang dibagikan itu bagus-bagus seperti uang baru. Dan itu  bukan hanya rupiah, tetapi ada mata uang negera lain seperti dolar,” tuturnya.

Sementara Kuwu Widasari, H Saefudin membenarkan bila ada dua warganya yang masuk Padepokan Kanjeng Dimas. “Saudara Juwandi ini sudah pulang seminggu yang lalu dan beraktivitas kembali. Warga juga tidak menutup diri,” tuturnya.

Sementara satu warga lainnya masih belum kembali ke desa. Kondisi ekonomi warga tersebut bisa dibilang cukup memprihatinkan karena terlilit banyak utang. Bahkan rumahnya pun disita. “Yang jelas kami Pemdes akan memberikan support pada eks pengikut Kanjeng Dimas agar tidak kembali dalam kelompok tersebut,” tandasnya.


Penulis : Oni
Powered by Blogger.