Musim Kemarau, Petani Indramayu Nekat Tanam Padi
Indramayu - Ancaman kekeringan membayangi pelaksanaan musim tanam gadu di sejumlah daerah di Kabupaten Indramayu. Dinas Pertanian setempat pun sudah mengimbau petani tak memaksakan diri menanam padi. Namun, para petani tetap nekat.
"Ya, ini mah untung-untungan. Kalau gagal, itu sudah risiko," ujar salah seorang petani di Desa Cidempet, Kecamatan Arahan, Muslik.
Muslik mengakui telah mengetahui bahwa areal pertanian di desanya selalu kekeringan setiap musim tanam gadu. Karena itu, tanaman padi sebaiknya diganti dengan tanaman palawija yang membutuhkan air lebih sedikit. Namun, dia tidak terbiasa menanam palawija di sawahnya.
Tak hanya itu, Muslik tetap nekat menanam padi karena tergiur harga gabah yang tinggi. Dia berharap, dapat meraup banyak keuntungan dari hasil panen padi.
Hal senada diungkapkan seorang petani di Desa/Kecamatan Cantigi, Rasija (50). Meski ancaman kekeringan membayangi, namun dia menyatakan tidak mau beralih dari tanaman padi ke palawija. "Dari dulu saya sudah terbiasa menanam padi," tutur Rasija.
Rasija menambahkan, tingginya harga gabah saat ini juga mendorongnya untuk tetap menanam padi. Bahkan, harga gabah hasil panen gadu biasanya lebih mahal dibandingkan musim panen rendeng.
Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, membenarkan banyaknya petani yang nekat menanam padi di musim tanam gadu. Selain karena faktor tingginya harga gabah, hal itu juga dilatarbelakangi oleh kebiasaan petani menanam padi. "Mereka lebih suka menanam padi dan tidak mau beralih ke palawija," kata Sutatang.
Padahal, lanjut Sutatang, Dispertan Kabupaten Indramayu sudah mengirimkan surat ke kecamatan-kecamatan yang rawan kekeringan. Dalam surat itu, para petani yang biasa menanam padi diimbau untuk beralih ke palawija.
"Ya, ini mah untung-untungan. Kalau gagal, itu sudah risiko," ujar salah seorang petani di Desa Cidempet, Kecamatan Arahan, Muslik.
Muslik mengakui telah mengetahui bahwa areal pertanian di desanya selalu kekeringan setiap musim tanam gadu. Karena itu, tanaman padi sebaiknya diganti dengan tanaman palawija yang membutuhkan air lebih sedikit. Namun, dia tidak terbiasa menanam palawija di sawahnya.
Tak hanya itu, Muslik tetap nekat menanam padi karena tergiur harga gabah yang tinggi. Dia berharap, dapat meraup banyak keuntungan dari hasil panen padi.
Hal senada diungkapkan seorang petani di Desa/Kecamatan Cantigi, Rasija (50). Meski ancaman kekeringan membayangi, namun dia menyatakan tidak mau beralih dari tanaman padi ke palawija. "Dari dulu saya sudah terbiasa menanam padi," tutur Rasija.
Rasija menambahkan, tingginya harga gabah saat ini juga mendorongnya untuk tetap menanam padi. Bahkan, harga gabah hasil panen gadu biasanya lebih mahal dibandingkan musim panen rendeng.
Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, membenarkan banyaknya petani yang nekat menanam padi di musim tanam gadu. Selain karena faktor tingginya harga gabah, hal itu juga dilatarbelakangi oleh kebiasaan petani menanam padi. "Mereka lebih suka menanam padi dan tidak mau beralih ke palawija," kata Sutatang.
Padahal, lanjut Sutatang, Dispertan Kabupaten Indramayu sudah mengirimkan surat ke kecamatan-kecamatan yang rawan kekeringan. Dalam surat itu, para petani yang biasa menanam padi diimbau untuk beralih ke palawija.
Post a Comment