Ke Indramayu Melihat Makam Kramat



Indramayu - Indramayu, Jawa Barat memiliki banyak situs berupa makam bersejarah. Terutama berkaitan dengan penyebaran Agama Islam di wilayah Pantai Utara (Pantura). Sebagian dari makam-makam itu, dikeramatkan penduk setempat.

Makam yang tersebar di beberapa kecamatan itu, sebagian terpelihara dengan baik, sebagian masih asli alias belum tersentuh perbaikan. Keberadaan situs itu cukup penting dan perlu diketahui generasi penerus. Oleh karena itu, perlu dilestarikan, antara lain sebagai tempat tujuan wisata.

Warga, terutama pelajar, agar memahami sekaligus lebih menghargai hasil jerih payah generasi pendahulu, tatkala berjihad di jalan Allah SWT melawan kemungkaran.

Guna memperkaya khasanah budaya, generasi penerus tak hanya harus mempelajari silsilah atau garis keturunan dari tokoh penyebar ajaran Islam semata, tetapi memahami perjuangan tokoh penyebar agama Islam tersebut.

Sejarah pengembangan Islam di Indramayu, tak terlepas dengan sejarah pengembangan agama Islam di Cirebon. Sebab wilayah Kabupaten Indramayu ini, sejak zaman dulu menjadi bagian wilayah kekuasaan Sunan Gunungjati. Salah satu Wali Songo, penyebar agama Islam di Jawa.

Tak terbayang, betapa kharismatiknya sosok Sunan Gunungjati atau yang lebih dikenal Syeh Syarief Hidayatullah tersebut dalam mengembangkan ajaran Islam di Jawa. Khususnya di wilayah Kabupaten Indramayu yang kini berpunduduk 1,6 juta jiwa.

Terbukti, banyak sekali makam-makam tokoh penyebar agama Islam di Indramayu, pengikut jejak Syeh Syarief Hidayatullah. Makam-makam itu nyaris tersebar merata di seluruh wilayah desa dan kecamatan.

DIDATANGI PEZIARAH

Sebagian makam-makam penyebar ajaran Islam di Indramayu itu dikeramatkan penduduk. Sehingga banyak didatangi peziarah. Karena banyak dikunjungi peziarah, makam-makam itu secara fisik kondisinya lebih baik. Dibandingkan makam-makam yang dibiarkan terlantar.

Di Indramayu makam-makam yang dikeramatkan penduduk sejak zaman nenek moyang, yaitu makam Buyut Tambi di Desa Tambi, Kecamatan Sliyeg, makam Buyut Sleman di Desa Sleman, Kecamatan Sliyeg, makam Buyut Banjar di Desa Bulak, Kecamatan Jatibarang.

Ada lagi makam Buyut Tuban di Desa Juntinyuat, Kecamatan Juntinyuat, makam Buyut Gentong di Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Situs Pedati Kuno di Desa Krangkeng, Kecamatan Krangkeng, makam Habib Keling di Desa Tanjakan, Kecamatan Krangkeng.

Kemudian makam Buyut Sutawijaya di Desa Pekandangan, Kecamatan Indramayu, makam Raden Aria Wiralodra I – VIII yang letaknya tersebar di Kecamatan Indramayu dan Sindang, makam Pangeran Selawe di Desa Dermayu, Kecamatan Sindang.

Serta masih banyak lagi makam-makam buyut lainnya yang letaknya tersebar di lebih dari 100 desa di Kabupaten Indramayu. Keberadaan makam para tokoh penyebar Agama Islam itu menjadi bukti sejarah. Sayangnya tiak semuanya terpelihara dengan baik.

MENINGKAT TAJAM

Peziarah atau pengunjung makam jumlahnya meningkat tajam pada hari-hari tertentu. Misalnya pada malam Jumat Kliwon. Atau malam yang bertepatan dengan hari kelahiran tokoh yang dimakamkan di tempat itu. Makam-makam yang banyak dikunjungi peziarah, baik dari kota-kota di Jawa maupun luar Jawa, biasanya kondisinya lebih terpelihara. Ketimbang makam lain yang kurang dikunjungi peziarah.
Sebab pengunjung yang berziarah ke makam itu tak jarang bersedekah.
Dengan kata lain, pengunjung makam yang bersedekah itu secara tidak langsung, ikut ambil bagian dalam pemeliharaan makam yang dikunjunginya.

Uang sedekah dari peziarah itulah yang oleh pengelola makam, biasanya disebut juru kunci makam, dipergunakan untuk ongkos pemeliharaan. Bahkan untuk pengembangan sarana dan prasarana di sekitar makam. (sumber)
Powered by Blogger.