Sebelas Anak Tewas Akibat DBD

4-dbdINDRAMAYU, Penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kab. Indramayu terus mengkhawatirkan. Sejak Januari sampai pertengahan Februari 2009 ini saja tercatat sebelas anak usia antara 1 hingga 10 tahun meninggal dunia akibat DBD. Sementara jumlah pasien DBD yang dirawat di berbagai rumah sakit di Indramayu dalam rentang waktu yang sama mencapai 313 penderita.
Adapun penderita DBD yang meninggal dunia itu adalah, Melly (6 tahun), Nurwenci (2 tahun), Kaniah (7 tahun), Wawat (5 tahun), Dina (4 tahun), M. Ikbal (10 tahun), Wafiq (4 tahun), Salsabila (5 tahun), Nurul Minawati (9 tahun), Dimas Aryanto (8 bulan) dan Wahyu (9 tahun).
Sub Dinas Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan setempat mencatat, pada Januari lalu ada 10 dari 219 penderita DBD yang meninggal dunia. Sedangkan memasuki Februari, penderita DBD tercatat sebanyak 94 orang, satu di antaranya meninggal dunia. Kuatnya penyebaran DBD tersebut, berdasarkan keterangan Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang Subdin P2P, Muslim, didasarkan atas penyebaran DBD mulai dirasakan peningakatannya sejak musim penghujan Januari 2009 lalu. “Angkanya terus bertambah, termasuk jumlah kematian,” ungkap Muslim, Selasa (17/2).
Muslim juga menjelaskan, upaya untuk menekan penyebaran DBD terus dilakukan di antaranya dengan program PSN (pemberantasan sarang nyamuk), abate dan fogging (pengasapan). Di pertengahan Februari ini, P2P memproyeksikan program di 31 kecamatan di Kab. Indramayu.

Dominasi anak-anak

Sementara itu, Kepala RSUD Kab. Indramayu, dr. H. Dedi Rohendi, M.A.R.S., kepada “MD” menjelaskan, pasien penderita DBD memang didominasi oleh anak-anak. Pasalnya, anak-anak memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah dibandingkan orang dewasa. Rata-rata pasien yang datang harus menjalani rawat inap lantaran kondisi tubuhnya yang lemah akibat jumlah trombosit menurun drastis. Meski diawal Februari lalu terjadi peningkatan, namun berkat upaya pengobatan yang baik, pasien DBD di RSUD mengalami penurunan. “Semua masih bisa ditangani dan belum tergolong kejadian luar biasa karena jumlah penderitanya terus menurun,” tandas Dedi.(C-26)

Powered by Blogger.