Pedagang Ikan Bakar Kesulitan Cari Mitan
Tekan Biaya Produksi, Terpaksa Gunakan Solar
INDRAMAYU-Sulitnya mendapat bahan bakar minyak (BBM) jenis minyak tanah (mitan) di pasaran, membuat sejumlah pengusaha kuliner di Kabupaten Indramayu kelimpungan. Bahkan, sebagian dari mereka lebih memilih untuk menutup usahanya karena biaya produksi tak sebanding dengan pendapatan.
Untuk mengantisipasi kelangkaan mita, para pedagang mencari alternatif lain, yaitu mencampur mitan dengan solar. Menurut Cung Uri, salah seorang pemilik kedai ikan bakar, dirinya kebingungan dengan kelangkaan minyak tanah di pasaran. Padahal, kebutuhan mitan baginya sangat dibutuhkan untuk membakar ikan. Harga mitan di pasaran terus mengalami kenaikan hingga mencapai Rp7.000 hingga Rp 8.000/liter.
Untuk menekan biaya produksi, para pengusaha kuliner mencampur mitan dengan solar guna mengurangi biaya produksi.
”Kami bersama para pedagang ikan bakar sudah satu bulan lebih mengalami kesulitan untuk mendapatkan mitan. Padahal, Indramyu sendiri merupakan daerah tempat pengelolaan terbesar BBM,” tuturnya, seraya mengaku kecewa pihak Pertamina yang dinilai kurang peduli dengan masyarakat sekitar.
Hal senada diungkapkan Toto, pedagang ikan bakar lainnya. Toto terpaksa menggunakan solar untuk membakar arang karena sulitnya mencari mitan. Kondisi seperti ini, kata Toto, sangat menyulitkan para pedagang ikan bakar yang tidak bisa menggunakan gas elpiji.
Toto mengaku kecewa dengan pemerintah yang lamban menangani persoalan-persoalan penting di masyarakat.
“Salahsatunya adalah soal minyak tanah yang saat ini sangat sulit didapat dan mahal harganya. Hal ini jelas sangat menyulitkan usaha kami,” tandas Toto. (dun)
INDRAMAYU-Sulitnya mendapat bahan bakar minyak (BBM) jenis minyak tanah (mitan) di pasaran, membuat sejumlah pengusaha kuliner di Kabupaten Indramayu kelimpungan. Bahkan, sebagian dari mereka lebih memilih untuk menutup usahanya karena biaya produksi tak sebanding dengan pendapatan.
Untuk mengantisipasi kelangkaan mita, para pedagang mencari alternatif lain, yaitu mencampur mitan dengan solar. Menurut Cung Uri, salah seorang pemilik kedai ikan bakar, dirinya kebingungan dengan kelangkaan minyak tanah di pasaran. Padahal, kebutuhan mitan baginya sangat dibutuhkan untuk membakar ikan. Harga mitan di pasaran terus mengalami kenaikan hingga mencapai Rp7.000 hingga Rp 8.000/liter.
Untuk menekan biaya produksi, para pengusaha kuliner mencampur mitan dengan solar guna mengurangi biaya produksi.
”Kami bersama para pedagang ikan bakar sudah satu bulan lebih mengalami kesulitan untuk mendapatkan mitan. Padahal, Indramyu sendiri merupakan daerah tempat pengelolaan terbesar BBM,” tuturnya, seraya mengaku kecewa pihak Pertamina yang dinilai kurang peduli dengan masyarakat sekitar.
Hal senada diungkapkan Toto, pedagang ikan bakar lainnya. Toto terpaksa menggunakan solar untuk membakar arang karena sulitnya mencari mitan. Kondisi seperti ini, kata Toto, sangat menyulitkan para pedagang ikan bakar yang tidak bisa menggunakan gas elpiji.
Toto mengaku kecewa dengan pemerintah yang lamban menangani persoalan-persoalan penting di masyarakat.
“Salahsatunya adalah soal minyak tanah yang saat ini sangat sulit didapat dan mahal harganya. Hal ini jelas sangat menyulitkan usaha kami,” tandas Toto. (dun)
Post a Comment